David Gal dari University of Illinois, Amerika Serikat, mengatakan apa yang mendorong orang-orang untuk makan meski tak lapar adalah marketing. Banyaknya jenis makanan yang tersedia ditambah iklan di mana-mana mendorong orang terjerumus untuk makan berlebih dan merusak kesehatan.
Kesimpulan ini didapat setelah David melakukan survei pada 45 mahasiswa. Partisipan diminta untuk menilai tingkat lapar yang dirasakannya sebelum diberi makanan kaya karbohidrat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesuai sistem tubuh, kadar gula dalam darah setelah makan tentu akan naik dan peneliti mencatatnya pada partisipan secara berkala. Hasilnya bagi mereka yang memang lapar gula darahnya meningkat tapi tak terlalu tinggi dibandingkan dengan mereka yang makan tapi tak lapar.
Semakin tinggi gula darah dalam tubuh maka semakin besar pula kerusakan yang dapat terjadi pada sel dalam tubuh.
Oleh sebab itu dalam studi yang dipublikasi di jurnal Association for Consumer Research, David menyarankan agar seseorang menjadikan rasa laparnya sebagai pedoman. Bila tak lapar maka jangan makan.
"Pikirkan kapan terakhir kali Anda makan. Apa saat itu Anda benar-benar sedang lapar?" pungkas David seperti dikutip dari siaran pers di Food and Brand Lab, Cornell University, pada Selasa (5/1/2016).
Baca juga: Stop Ngemil Tengah Malam Agar Memori Otak Tak Terganggu (fds/up)











































