Nafsu Makan Meningkat karena Stres? Yuk Atasi dengan Latihan Fisik Ini

Nafsu Makan Meningkat karena Stres? Yuk Atasi dengan Latihan Fisik Ini

Hillariana Ikhlash Devani - detikHealth
Jumat, 20 Mei 2016 17:02 WIB
Nafsu Makan Meningkat karena Stres? Yuk Atasi dengan Latihan Fisik Ini
Foto: thinkstock
Jakarta - Mengontrol nafsu makan saat stres bukanlah hal yang mudah. Walaupun banyak orang mengklaim mempunyai kontrol yang tinggi terhadap nafsu makan, tetap saja terkadang bisa 'kecolongan'. Lantas, bagaimana cara mengatasinya?

Peneliti di University of Alabama, Birmingham melakukan studi yang akan mengamati bagaimana proses pada otak memengaruhi kondisi mental seseorang, salah satunya stres. Diamati pula efek stres terhadap penurunan kualitas kerja dan makan berlebihan. Diharapkan, peneliti bisa menemukan bukti kuat bahwa latihan fisik dapat menangkal efek stres terutama berupa nafsu makan yang melonjak.

"Latihan fisik memiliki kemampuan untuk meningkatkan ketersediaan sumber energi di dalam tubuh dan hal ini akan membuat otak menerima sinyal bahwa sumber energi untuk tubuh sudah cukup dan tidak perlu lagi memperolehnya dari makanan," ujar ketua studi, William H Neumeier.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Neumeir dan rekannnya, melakukan studi ini pada 38 responden. Grup pertama mengerjakan tes dan setelahnya beristirahat selama 15 menit. Sedangkan, grup kedua mengerjakan tes yang sama, dan setelahnya melakukan latihan fisik tingkat tinggi di treadmill. Selanjutnya, responden diberi pizza dan harus memberitahu peneliti seberapa besar keinginan mereka untuk mengonsumsi pizza.

Baca Juga: Konsumsi Anggur Bisa Bantu Pangkas Lemak di Tubuh

Responden yang beristirahat selama 15 menit setelah menyelesaikan ujian ternyata mengonsumsi 100 kalori lebih banyak daripada yang melakukan latihan fisik dengan treadmill. Peneliti berspekulasi bahwa aktivitas fisik memengaruhi homon ghrelin, hormon yang mengatur rasa lapar.

"Mungkin ada gangguan yang menyangga keinginan untuk makan. Namun, saya pikir hasil ini akan berlaku pada banyak individu yang melakukan tugas-tugas menetap yang menuntut mental tapi tidak secara fisik," kata Neumeier, dikutip dari Medical Daily.

Sementara itu, diketahui bahwa pekerja yang stres juga akan lebih tinggi risikonya terkena stroke daripada yang tidak. Namun, Neumeier berpendapat stres masih sering tidak ditangani secara maksimal. Menurut data dari Anxiety and Depression Association of America, jumlah orang yang menggunakan latihan fisik sebagai 'obat penawar' stres masih kurang.

Diketahui, hanya 14 persen orang yang menggunakan aktivitas fisik untuk mengatasi stres mereka, sementara 17 persen orang mengatasi stres dengan tidur. Selain itu, ada juga orang yang mengatasi stresnya dengan menonton film atau TV, dengan persentase 14 persen.

Baca Juga: Makan Sebelum Tidur Bikin Badan Makin Melar, Mitos atau Fakta?


(rdn/vit)

Berita Terkait