"Fenomena mager, memicu gaya hidup sendentary. Ditambah makanan yang high sugar dan high salt, maka risiko obesitas meningkat," kata peneliti kebugaran anak dr Indrarti Soekotjo, SpKO, dalam media gathering di Locanda Resto, Jakarta Selatan, Selasa (25/8/2016).
Kombinasi kurang gerak dengan pola makan tidak sehat memicu peningkatan kasus obesitas anak sejak 1980 hingga 2013. Di negara berkembang, angkanya melonjak dari 8 persen menjadi 15 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Remaja Gemuk Jadi Korban Bullying, Bagaimana Menghadapinya?
Bagaimana dengan Indonesia? Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan adanya peningkatan angka obesitas dari 10,4 persen pada 2007 menjadi 14 persen pada 2010.
Untuk mengatasinya, dr Indrarti menyarankan perubahan gaya hidup menjadi lebih aktif bergerak. Untuk anak-anak, disarankan untuk melakukan aktivitas fisik minimal 60 menit setiap hari. Anjuran lainnya adalah berjalan kaki 13.000 langkah/hari untuk anak laki-laki dan 10.000 langkah/hari untuk anak perempuan.
(up/vit)











































