Menanggapi hal ini, psikolog anak dari TigaGenerasi, Saskhya Aulia Prima, MPsi, Psikolog, mengatakan di bawah usia 4 tahun, umumnya anak hanya meniru apa yang ia lihat. Sehingga, peran yang ia mainkan cenderung tidak ia maknai. Baru di usuia 4-5 tahun, anak sudah mulai memainkan peran yang sesuai gendernya.
Saskhya mencontohkan, pada anak lelaki bisa saja ia meniru kebiasaan ayahnya seperti membaca koran. Sedangkan, pada anak perempuan, di usia 4-5 tahun mereka sudah mulai mengikuti kebiasaan dandan sang ibu misalnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Yuk Ajak si Kecil Bermain Peran, Ini Manfaatnya untuk Tumbuh Kembang Anak
Ketimbang orang tua langsung berteriak dan tak membolehkan anak memainkan peran tersebut, sebaiknya alihkan saja si anak. Orang tua bisa ikut bermain boneka tersebut sambil mengatakan pada putranya bahwa untuk anak lelaki, cukup boneka tersebut digendong saja, tidak perlu disusui.
Atau jika ingin ada aktivitas lain, anak bisa diajak pura-pura menyuapi bonekanya. Sehingga, ada aktivitas lain yang bisa dilakukan anak dan lebih sesuai dengan gender anak sebagai laki-laki. Menurut Saskhya, ketika anak laki-laki pura-pura menggendong bayi, ada nilai positif yang bisa diambil, yaitu ada simbol bahwa anak peduli dengan orang lain, dalam hal ini adalah si bayi yang diperankan oleh boneka.
"Selama dia masih sesekali aja memainkan peran itu nggak masalah. Karena pada prinsipnya anak masih niru aja. Bisa saja dia habis ngelihat teman ceweknya main boneka atau dia ngelihat ibunya nyusui adiknya, jadinya dia tiru," pungkas Saskhya.
Baca juga: Tak Hati-hati, Main di Playground Tingkatkan Risiko Trauma Otak pada Anak
(rdn/vit)











































