Alami Cedera Pasca-Marathon? Jangan Panik, Begini Cara Mengatasinya

Christian Noven - detikHealth
Jumat, 26 Jul 2024 18:54 WIB
Foto: Shutterstock/
Jakarta - Marathon jadi salah satu jenis olahraga lari yang banyak digemari masyarakat saat ini. Para pelari, termasuk pelari pemula akan merasa tertantang dengan jarak lari yang cukup jauh di mana dibutuhkan ketahanan tubuh yang kuat dan teknik berlari yang tepat agar dapat berlari dengan maksimal.

Salah satu kompetisi lari terbesar yang baru saja diselenggarakan adalah Pocari Sweat Run Indonesia 2024 pada 20-21 Juli 2024 di Kota Bandung. Selamat, untuk kamu yang telah berhasil mengikuti kompetisi ini dan menginjakkan kaki di garis finish! Tentu ada euforia tersendiri bagi runners yang berhasil menempuh lintasan dengan gemilang.

Namun, beberapa dari pelari atau runners juga dapat mengalami cedera setelah lari marathon karena mempertahankan kecepatan untuk menempuh jarak jauh.

Dokter Spesialis Ortopedi (Tulang dan Traumatologi) Konsultan Cedera Olahraga dari Mayapada Hospital Bandung, dr. Alvin Danio Harta Da Costa, Sp.OT, Subsp.CO (K), mengungkapkan pasca-marathon, tubuh pasti akan mengalami kelelahan yang luar biasa akibat energi yang terpakai saat berlari sangat besar.

"Risiko cedera setelah berlari tentu semakin tinggi bila teknik lari kurang tepat, pemilihan pakaian dan sepatu yang tidak sesuai, atau memang memiliki riwayat cedera sebelumnya," ujar dr Alvin dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (26/7/2024).

Dokter Alvin seringkali mendapati jenis cedera yang paling sering dialami pelari. Pada urutan pertama adalah Ankle Sprain atau terkilir (keseleo). Cedera yang satu ini memang nampak remeh, namun bila dibiarkan berlarut-larut, ankle sprain dapat terjadi berulang.

Lalu, kalau runners merasakan sakit di sekitar lutut depan setelah lari, bisa jadi kamu mengalami cedera yang disebut Runner's Knee atau Patello-Femoral Pain Syndrom. Cedera ini mirip dengan Jumper's Knee atau Patellar Tendinopathy, namun mekanisme terjadinya berbeda.

Lokasi nyeri pada Jumper's Knee lebih terpusat persis di bawah lutut, akibat peradangan pada tendon yang menghubungkan tempurung lutut dengan tulang kering.

Lain halnya bila nyeri yang dirasakan ada di sisi samping luar lutut, kemungkinan disebabkan karena Illio-Tibial Band Syndrome yang terjadi akibat peradangan pada ilio-tibial band yaitu jaringan yang berjalan dari pinggul hingga sisi luar lutut. Rasa nyeri terutama dirasakan saat berlari di lintasan menurun atau setelah menempuh jarak jauh.

Cedera berikutnya adalah Plantar Fascitis yakni peradangan pada plantar fascia yaitu jaringan tebal di bagian bawah kaki yang menghubungkan tumit dengan jari kaki. Salah satu gejalanya adalah rasa sakit tajam di bagian bawah tumit, terutama saat bangun di pagi hari.

Selain itu, ada satu cedera yang menurut dr. Alvin tidak langsung menimbulkan gejala, yaitu Meniscus Injury.

"Meniscus adalah jaringan yang berada di rongga sendi lutut dan berfungsi sebagai bantalan ketika menghentakkan kaki saat berlari. Kalau otot tungkai mengalami kelemahan, maka dapat meningkatkan risiko terjadinya kerusakan pada bantalan meniscus akibat beban yang berlebihan," jelas dr. Alvin.

Apakah kamu mengalami salah satu jenis cedera di atas? Jangan panik dulu, justru masalah cedera ini dapat dijadikan pembelajaran untuk kompetisi berikutnya agar lebih berhati-hati dan mempersiapkan diri lebih baik lagi. Jika sudah terlanjur mengalami cedera, ada cara penanganan yang terbaik untuk memulihkan kondisimu dari cedera.

Dokter Spesialis Ortopedi (Tulang dan Traumatologi) dari Mayapada Hospital Surabaya, yakni dr. Reyner Valiant Tumbelaka, M.Ked.Klin, Sp.OT memberikan penjelasannya.

"Penanganan awal pada cedera saat berlari maupun olahraga pada umumnya bisa ditangani dengan metode RICE, yaitu Rest, Ice, Compress, dan Elevate. Metode ini efektif untuk cedera olahraga ringan dan sebaiknya dilakukan segera setelah terjadi cedera dan dilakukan selama 24 hingga 36 jam pertama," ujar dr. Reyner.

Kapan perlu waspada saat cedera pasca marathon? Kamu perlu waspada jika cedera semakin parah dan tak kunjung membaik dengan metode RICE.

Artinya, kamu perlu berkonsultasi ke dokter atau tenaga medis, terutama bila ditemui tanda-tanda seperti bengkak dan nyeri bertambah parah, adanya benjolan atau perubahan bentuk, terdengar bunyi saat sendi digerakkan, kelemahan dan ketidakmampuan melakukan aktivitas dan menopang badan, kehilangan keseimbangan, kesulitan bernafas, dan demam.

Bila sudah menunjukkan tanda-tanda seperti itu, maka diperlukan penanganan lanjut mulai dari pendekatan non operatif hingga operatif tergantung pada jenis cederanya.

Klik halaman selanjutnya >>>

Simak Video "Mandiri Jogja Marathon, Tantangan Menguras keringat di Jantung Budaya"


(ncm/eva)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork