Wejangan Psikolog soal Ruang Ikhlas, Pelajaran Penting dari Kekalahan Timnas

Round Up

Wejangan Psikolog soal Ruang Ikhlas, Pelajaran Penting dari Kekalahan Timnas

Devandra Abi Prasetyo - detikHealth
Minggu, 12 Okt 2025 05:36 WIB
Wejangan Psikolog soal Ruang Ikhlas, Pelajaran Penting dari Kekalahan Timnas
Timnas Indonesia gagal melaju ke putaran final Piala Dunia 2026. Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta -

Gol semata wayang gelandang Irak, Zidane Iqbal, di menit ke-75 mengubur mimpi Timnas sepakbola RI untuk tampil di putaran final Piala Dunia 2026. Hasil yang tidak terlalu mengejutkan sejak viral narasi 'ruang ikhlas' di media sosial.

Narasi tersebut muncul seiring makin menipisnya peluang Timnas RI untuk melaju ke putaran final, setelah kalah 3-2 dari Arab Saudi di laga sebelumnya. Dengan hasil tersebut, kekalahan atas Irak berarti pupus sudah peluang RI dalam misi perebutan tempat di putaran final.

Peluang benar-benar tertutup ketika peluit akhir ditiup, dengan hasil akhir 1-0 melawan Irak. Di samping evaluasi yang tetap harus dilakukan, suka atau tidak para penggemar harus menyisakan ruang ikhlas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Sebelum laga berlangsung, psikolog klinis Agata Ika Paskarista, M.Psi memberikan tips soal bagaimana menyiapkan ruang ikhlas. Menurutnya, ruang ikhlas berarti menyiapkan tempat untuk memproses sesuatu yang mungkin tidak sesuai ekspektasi.

Menurutnya, ikhlas bukan berarti tidak boleh bersikap optimistis. Hanya saja, levelnya perlu disesuaikan dengan realita yang dihadapi.

"Kalau optimis banget, levelnya yang tadinya 100 kita kurangi, kurangnya itu adalah ruang untuk misalnya ekspektasinya tidak sesuai," kata Agata, atau kerap disapa Attarischa, dalam perbincangan dengan detikcom.

Optimisme yang berlebihan atau bahkan cenderung membabi buta, menurutnya bisa jadi bumerang jika hasilnya tidak sesuai harapan. Jika memang hal itu terjadi, maka tetap harus ada ruang untuk emosi yang lain.

"Itu tidak hanya soal timnas, itu juga soal kehidupan juga. Kita optimis, that's good. Tapi juga harus memberikan ruang untuk emosi-emosi lain, misalnya marah, berduka misal timnas yang kita dukung tidak memberikan hasil yang sesuai dengan kehendak kita," sambungnya.

Apakah boleh marah jika hasilnya tidak sesuai harapan? Menurut Agata, harus dibedakan antara 'marah' dengan 'marah-marah'. Boleh marah, tapi sebaiknya tidak marah-marah.

"Marah sama marah-marah itu beda. Marah itu emosinya, marah-marah itu kan caranya. Sebagai manusia, kalau mau mengekspresikan emosi ada dua syarat," kata Agata.

"Pertama syaratnya tidak menyakiti orang lain, kedua tidak menyakiti diri sendiri. Marah itu boleh, tapi proseslah dengan cara yang sehat. Memproses dengan cara yang sehat itu bisa olahraga, ketemu sama temen," tutupnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: PDSKJI Sebut Daya Kognitif Lemah Buat Perilaku Remaja Makin Agresif"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)

Berita Terkait