Menkes Ajak Lari ASN Buncit, Efektif Ratakan Perut? Ini Kata Ahli Obesitas

Menkes Ajak Lari ASN Buncit, Efektif Ratakan Perut? Ini Kata Ahli Obesitas

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Kamis, 13 Nov 2025 17:12 WIB
Menkes Ajak Lari ASN Buncit, Efektif Ratakan Perut? Ini Kata Ahli Obesitas
Foto: Menkes Budi Gunadi Sadikin (Nafilah Sri Sagita K/detikHealth)
Jakarta -

Pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin soal ajakan lari bareng Wakil Menteri Kesehatan belakangan ramai disorot. Pria yang akrab disapa BGS kala itu menjawab perhatian media terkait aparatur sipil negara (ASN) dengan ukuran lingkar perut berlebih atau dikenal 'buncit'.

BGS menantang para ASN untuk membiasakan pola hidup sehat, salah satunya memulai rutin lari. "Kalau untuk ASN-nya, masih banyak yang buncit-buncit, nah itu nanti diajak lari sama Wamen," kelakar dia seusai ditemui di Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2025, Rabu (12/11/2025).

Ketua Bidang Organisasi Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) dr Dicky L Tahapary SpPD-KEMD, PhD menyebut sebetulnya belum ada studi khusus yang mengaitkan hubungan olahraga lari dengan mengatasi buncit. Namun, secara keseluruhan, olahraga dengan jenis aerobik memang paling disarankan untuk mengatasi visceral fat atau lemak di perut.

Hal yang disebutnya justru lebih sederhana dan paling efektif dilakukan adalah mengontrol asupan makan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena itu dampaknya paling besar. Misalkan kita mau mengurangi 200 kalori makanan, gampang, mengurangi satu gorengan itu kan sudah 200 kalori, dibandingkan harus lari 5 kilo, misalnya," jelasnya saat ditemui di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Kamis (13/11/2025).

"Tapi untuk menurunkan visceral fat tadi memang olahraga aerobik menjadi penting. Jadi sebenarnya nggak harus lari, olahraga yang sifatnya continue dalam durasi yang cukup lama," sambung dia.

ADVERTISEMENT

Durasi olahraga disebutnya juga menentukan, lantaran tubuh baru ada di posisi 'fat burning' atau pembakaran lemak, setelah gula darah habis dipakai sebagai energi.

Tidak heran, kata dr Dicky, Menkes kerap menyarankan olahraga lari minimal 5 km lantaran umumnya seseorang menghabiskan waktu 30 hingga 45 menit dalam satu kali sesi. "Itu juga waktunya tergantung yang sudah biasa lari atau tidak kan, kalau tidak biasa mungkin lebih dari itu," kata dia.

"Jadi prinsipnya adalah olahraga aerobik yang durasinya lama dan harus konsisten dilakukan."

Perlu dicatat, memulai olahraga tidak harus langsung dengan intensitas tinggi. Ia menilai, lebih baik dilakukan secara bertahap. Tidak masalah dari yang semula hanya mampu berolahraga dalam 15 menit, kemudian meningkatkan waktunya ke 20 sampai 30 menit, hingga kemudian berhasil rutin olahraga satu jam dalam sekali sesi.

"Jadi idealnya adalah yang bisa kita kerjakan dulu deh, nggak usah muluk-muluk langsung 1 jam, 30 menit, kadang-kadang susah juga gitu, orang Jakarta pada sibuk-sibuk. Kalau bisa 15 menit, 15 menit saja dulu," jelasnya.

Meski begitu, bila tujuannya adalah penurunan berat badan, durasi olahraga lebih lama memang lebih efektif untuk memangkas bobot tubuh. Ia berpesan agar olahraga kemudian bisa menjadi rutinitas yang biasa dilakukan setidaknya dua kali dalam seminggu.

Halaman 3 dari 2
(naf/up)
ASN Buncit Ditantang Lari
8 Konten
ASN Kemenkes yang memiliki perut buncit disentil Menkes Budi G Sadikin. Selorohnya, yang perutnya buncit mau diajak lari sama Wamenkes. Hayo loh..

Berita Terkait