Pengertian Skoliosis
Skoliosis adalah salah satu bentuk kelainan pada tulang belakang. Skoliosis ditandai dengan bentuk punggung yang melengkung seperti huruf S atay C.
Skoliosis umumnya menimbulkan keluhan ringan. Meski begitu, skoliosis dapat berkembang menjadi lebih parah hingga memicu komplikasi seperti gangguan pada sendi dan paru-paru.
Skoliosis biasanya terjadi pada anak-anak sebelum masa pubertas antara usia 10-17 tahun. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan skoliosis dapat terjadi pada orang dewasa.
Penyebab Skoliosis
Sebagian besar skoliosis terjadi tanpa diketahui penyebabnya, dan biasanya tidak bisa dicegah. Jika skoliosis terjadi tanpa penyebab yang jelas, maka disebut skoliosis idiopatik.
Kendati demikian, ada beberapa kondisi yang dapat memicu terjadinya skoliosis, antara lain:
- Bawaan lahir (skoliosis kongenital).
- Gangguan pada saraf otot (skoliosis neuromuskular) seperti cerebral palsy atau distrofi otot.
- Kerusakan bantalan dan sendi tulang belakang akibat faktor usia (skoliosis degeneratif).
- Bekas operasi pada dinding dada saat masih bayi.
- Cidera atau infeksi pada tulang belakang.
- Kelainan pada sumsum tulang belakang.
Kontras dengan keyakinan orang-orang pada umumnya, postur tubuh yang buruk tidak bisa memicu terjadinya skoliosis. Kendati demikian postur tubuh yang buruk bisa menyebabkan sejumlah gangguan seperti nyeri pada punggung, leher, bahu, dan lengan. Postur tubuh yang buruk juga bisa memicu kelainan seperti hyperkyphosis, dan mempercepat proses degenerasi tulang belakang.
Gejala Skoliosis
Gejala skoliosis yang paling umum terjadi di antaranya:
- Tulang belakang tampak melengkung.
- Posisi salah satu bahu lebih tinggi dari yang lain.
- Salah satu pinggul lebih menonjol dari yang lain.
- Salah satu tulang belikat tampak lebih menonjol dari yang lain.
- Pertumbuhan tubuh condong ke satu sisi.
- Tinggi pinggang yang tidak rata.
- Otot tegang.
- Kaku pada punggung.
- Nyeri pada punggung bagian bawah.
Gejala skoliosis bisa bervariasi tergantung dari tingkat keparahannya.
Faktor Risiko Skoliosis
Ada beberapa faktor risiko yang dapat memengaruhi kemungkinan terjadinya skoliosis, antara lain:
- Usia, skoliosis kerap terjadi di usia pra-pubertas.
- Jenis kelamin, wanita memiliki risiko lebih tinggi terkena skoliosis dibanding pria.
- Riwayat Skoliosis pada keluarga.
Komplikasi Skoliosis
Meski sebagian besar skoliosis menimbulkan simtom yang ringan, pada beberapa kasus skoliosis dapat memicu komplikasi seperti:
- Gangguan pernapasan, pada skoliosis yang parah tulang rusuk bisa menekan ke paru-paru dan membuat kesulitan bernapas
- Gangguan punggung kronis, pasien yang memiliki skoliosis saat masih muda memiliki risiko mengalami sakit punggung kronis ketika beranjak dewasa, terlebih jika skoliosis menyebabkan lengkungan yang besar dan tidak ditangani
- Merusak penampilan fisik, skoliosis yang semakin parah dapat menyebabkan perubahan pada penampilan fisik seperti posis bahu atau punggung yang tidak seimbang
- Kerusakan pada saraf tulang belakang yang terkait dengan gangguan lain, seperti impotensi, inkontinesia tinja, inkontinesia urine, hingga lemah pada tungkai
Kapan Harus ke Dokter?
Segera ke dokter jika melihat gejala skoliosis seperti tulang belakang yang melengkung. Deteksi dini penting untuk dilakukan guna mencegah skoliosis bertambah parah dan memicu komplikasi yang bersifat permanen.
Diagnosis Skoliosis
Selain menanyakan seputar gejala dan riwayat penyakit pasien, diagnosis skoliosis juga dilakukan lewat pemeriksaan secara fisik. Dokter biasanya akan meminta pasien untuk membungkuk guna melihat apakah ada tulang rusuk yang menonjol atau tidak.
Kemudian, dokter juga akan memeriksa kondisi saraf untuk mengetahui apakah ada otot pasien yang lemah, kaku, atau menunjukkan refleks yang tidak normal.
Pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan dengan menggunakan rontgen atau CT scan untuk memastikan tingkat keparahan skoliosis yang diidap pasien. Jika ditemukan kelainan pada tulang belakang, pemeriksaan lebih lanjut bisa dilakukan dengan menggunakan MRI scan.
Pengobatan Skoliosis
Pengobatan untuk skoliosis berbeda-beda tergantung usia pasien, tingkat keparahan, serta kondisi lengkungan tulang belakang.
1. Skoliosis pada Anak
Skoliosis pada anak belum membutuhkan pengobatan lantaran tulang belakang anak masih bisa kembali lurus seiring bertambahnya usia. Jika skoliosis terjadi pada usia anak-anak, maka perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin untuk mengontrol perkembangan penyakitnya.
Jika skoliosis sudah parah, dokter biasanya akan memasangkan alat penyangga tulang belakang pada anak. Alat ini tidak dapat meluruskan atau memperbaiki kelainan pada tulang belakang, namun bisa mencegah lengkungan tulang belakang bertambah parah. Alat penyangga dapat dilepas ketika anak mencapai pubertas, yang ditandai dengan:
- Muncul kumis atau jenggot di wajah (pria).
- Dua tahun setelah mengalami menstruasi (wanita).
- Ketika tubuh tidak lagi bertambah tinggi.
2. Skoliosis pada Dewasa
Jika skoliosis terjadi di usia dewasa dan menimbulkan keluhan, metode pengobatan yang dapat dilakukan yakni:
- Memberikan obat anti peradangan untuk meredakan nyeri, seperti ibuprofein atau paracetamol.
- Suntik kortikosteroid, diberikan jika pasien mengalami tekanan di saraf tulang belakang sehingga menimbulkan nyeri, kaku, atau kesemutan.
3. Operasi Skoliosis
Operasi dilakukan jika skoliosis sudah sangat parah dan tidak bisa ditangani baik lewat terapi ataupun obat-obatan. Operasi untuk menangani skoliosis antara lain:
- Operasi Penggabungan Tulang, yakni dengan menggabungkan dua atau beberapa ruas tulang belakang untuk disatukan sehingga membentuk satu tulang.
- Operasi Laminektomi, bertujuan untuk mengangkat sebagian dari tulang belakang yang melengkung guna menghilangkan tekanan pada saraf yang terpengaruh.
- Operasi Dekompresi, dilakukan dengan cara mengangkat salah satu bantalan atau cakram di tulang belakang untuk mengurangi tekanan pada saraf.
Perlu diketahui, pemulihan pasca operasi tulang belakang biasanya memakan waktu 1 tahun atau bahkan lebih. Operasi juga berisiko menimbulkan komplikasi seperti infeksi pasca operasi, penggumpalan darah, hingga kerusakan saraf.
Pencegahan Skoliosis
Meski sebagian besar skoliosis tidak bisa dicegah, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat keparahannya.
Pertama adalah dengan melakukan skrinning rutin sejak usia kanak-kanak. Deteksi sejak dini dapat mencegah risiko skoliosis berkembang menjadi lebih parah dan menimbulkan komplikasi serius.
Bagi pengidap skoliosis degeneratif, dapat menjalani latihan aerobik ringan atau latihan kekuatan otot secara rutin. Latihan tersebut bertujuan untuk menguatkan otot perut dan punggung, serta membantu meluruskan lengkungan tulang belakang.
Simak Video "Fuji Ngaku Kesulitan Syuting karena Idap Skoliosis"
[Gambas:Video 20detik]
(ath/kna)