Padahal tanpa disadari, terjebak dalam kemacetan hampir setiap hari tak hanya membuang-buang waktu, tapi juga menyebabkan kondisi fisik menurun. Bahkan ada yang mengatakan lelah fisik ini juga bisa memicu 'lelah otak', yang berujung pada penurunan konsentrasi.
Benarkah ini ada kaitannya? dr Andreas Prasadja, RFSGT, pakar kesehatan tidur dari RS Mitra Kemayoran Jakarta menerangkan keduanya sebenarnya tidak berhubungan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi kalau macetnya parah dan berjam-jam lamanya. Menurut pria yang akrab disapa dr Ade tersebut, wajar bila seseorang yang kerap terjebak macet cenderung sering merasakan lelah sekaligus kurang tidur, sebab tubuh manusia diciptakan untuk bergerak, bukan untuk diam.
Hal serupa diungkapkan psikolog Rosdiana Setyaningrum, M.Psi, MHPEd. Kalaupun seseorang terpaksa harus terjebak macet, usahakan untuk melakukan gerakan sejenis olahraga tapi yang intensitasnya ringan agar peredaran darah menjadi lancar.
"Minum juga bisa mengurangi rasa ngantuk, kadang ngemil juga bisa. Tapi yang low carbo ya. Kalau yang high carbo malah tambah ngantuk," papar psikolog Rumah Sakit Pluit Jakarta tersebut saat dihubungi terpisah.
Meski begitu, dr Ade menegaskan bahwa bila rasa kantuk tiba, baik saat berkendara atau di tengah jam kerja, tidak ada solusi lain selain tidur sebentar. "Mengonsumsi air putih sebenarnya sedikit membantu, tetapi yang paling utama ialah istirahat dan jangan memaksakan diri," tegas dr Ade.
Jika ini dipaksakan, dr Ade mengingatkan bahwa berkendara dalam keadaan mengantuk sama berbahayanya dengan mengemudi sambil mabuk. "Pasien saya banyak yang mengalami kecelakaan lalu lintas karena mengantuk dan yang selamat hanya dirinya. Korbannya merupakan seluruh anggota keluarga yang meninggal," lanjutnya.
Tak perlu lama-lama, menurut hemat dr Ade, tidur selama 20 menit saja sudah dirasa cukup untuk mengurangi rasa kantuk di tengah beraktivitas.
(lil/ajg)











































