Waktunya Istirahat, Malam Hari Bukan Saat yang Tepat Buka E-mail

Waktunya Istirahat, Malam Hari Bukan Saat yang Tepat Buka E-mail

- detikHealth
Jumat, 30 Jan 2015 19:04 WIB
Waktunya Istirahat, Malam Hari Bukan Saat yang Tepat Buka E-mail
Foto: Ilustrasi (Thinkstock)
Jakarta - Ponsel pintar masa kini maupun perangkat sejenisnya memang memberikan kemudahan bagi si pengguna untuk mendapatkan informasi, kapanpun dan dimanapun. Tapi bukan berarti Anda harus membalas email di malam hari dong.

Baca juga: Masih Cek Email Pekerjaan di Akhir Pekan? Kasihani Jantung Anda!

Mengapa begitu? Para pakar sepakat, terbiasa mengecek atau membalas e-mail tentang pekerjaan dari atasan maupun rekan kerja di saat Anda harusnya beristirahat ternyata dapat mengganggu kesehatan. Berikut sederet alasan lainnya, seperti dikutip dari Men's Health, Jumat (30/1/2015).

1. Susah tidur

Tahan keinginan Anda untuk membalas email dari atasan menjelang tidur. Selain membuat Anda kepikiran, sorot lampu dari layar ponsel Anda akan mengganggu jam biologis tubuh dan menurunkan produksi hormon pemicu kantuk yakni melatonin. Wajar bila kemudian Anda akan susah tidur. Bahkan sebuah studi mengungkap ini juga bisa menurunkan tingkat kewaspadaan Anda keesokan paginya.

2. Depresi

Di samping stres, sering terkena pancaran cahaya dari layar ponsel juga bisa memicu depresi. Dari sebuah studi yang dilakukan pada hamster diketahui bahwa cahaya biru seperti halnya yang terpancar dari layar ponsel dapat merusak sistem pengaturan mood pada si hewan. Dan peneliti menduga kondisi serupa juga bisa terjadi pada manusia.

Baca juga: Agar Tak Gampang Stres, Cek E-mail Maksimal 3 Kali Sehari

3. Benci pekerjaan

Tahun lalu ada penelitian yang menemukan keterkaitan antara 'telepressure' atau desakan untuk membalas email secepat mungkin dengan tanda-tanda orang yang mulai membenci pekerjaannya, seperti cenderung malas, banyak pekerjaan yang terlewatkan atau sering ketiduran di meja kerja.

4. Lembur

Baru-baru ini, sebuah studi yang dipresentasikan di depan British Psychological Society mengemukakan terus-menerus terkoneksi dengan pekerjaan seperti ini justru akan memperpanjang jam kerja Anda, seakan-akan Anda terus lembur tanpa dibayar.

5. Gampang sakit

Peneliti Jerman mengemukakan separuh dari 50.000 partisipan yang mereka survei mengaku memilih melanjutkan pekerjaan mereka di malam hari, meskipun sudah kembali ke rumah. Namun ketika dibandingkan dengan mereka yang lebih memilih untuk rehat sejenak dari pekerjaan, 60 persen yang tetap lembur lebih sering dilaporkan mengalami gangguan kesehatan.
Halaman 2 dari 6
Tahan keinginan Anda untuk membalas email dari atasan menjelang tidur. Selain membuat Anda kepikiran, sorot lampu dari layar ponsel Anda akan mengganggu jam biologis tubuh dan menurunkan produksi hormon pemicu kantuk yakni melatonin. Wajar bila kemudian Anda akan susah tidur. Bahkan sebuah studi mengungkap ini juga bisa menurunkan tingkat kewaspadaan Anda keesokan paginya.

Di samping stres, sering terkena pancaran cahaya dari layar ponsel juga bisa memicu depresi. Dari sebuah studi yang dilakukan pada hamster diketahui bahwa cahaya biru seperti halnya yang terpancar dari layar ponsel dapat merusak sistem pengaturan mood pada si hewan. Dan peneliti menduga kondisi serupa juga bisa terjadi pada manusia.

Baca juga: Agar Tak Gampang Stres, Cek E-mail Maksimal 3 Kali Sehari

Tahun lalu ada penelitian yang menemukan keterkaitan antara 'telepressure' atau desakan untuk membalas email secepat mungkin dengan tanda-tanda orang yang mulai membenci pekerjaannya, seperti cenderung malas, banyak pekerjaan yang terlewatkan atau sering ketiduran di meja kerja.

Baru-baru ini, sebuah studi yang dipresentasikan di depan British Psychological Society mengemukakan terus-menerus terkoneksi dengan pekerjaan seperti ini justru akan memperpanjang jam kerja Anda, seakan-akan Anda terus lembur tanpa dibayar.

Peneliti Jerman mengemukakan separuh dari 50.000 partisipan yang mereka survei mengaku memilih melanjutkan pekerjaan mereka di malam hari, meskipun sudah kembali ke rumah. Namun ketika dibandingkan dengan mereka yang lebih memilih untuk rehat sejenak dari pekerjaan, 60 persen yang tetap lembur lebih sering dilaporkan mengalami gangguan kesehatan.

(iva/vit)

Berita Terkait