Salah satu metode untuk menekan gejala penyakit parkinson seperti gemetar, kaku, dan gerakan yang tak terkontrol adalah lewat operasi. Di Indonesia tindakan ini masih tergolong baru dan belum banyak bisa melakukannya.
Menurut dr Made Agus M. Inggas, SpBS, dari Siloam Hospitals Kebun Jeruk (SHKJ) baru ada dua tenaga dokter di Indonesia yang mampu dan terkualifikasi melakukan operasi otak pasien parkinson. Hal ini dikarenakan ilmu tersebut masih baru berkembang di Indonesia.
"Dari 250 tenaga spesialis bedah saraf seluruh Indonesia baru saya dan dokter Fahmi di Surabaya yang bisa melakukannya," ujar dr Made dalam acara seminar parkinson di SHKJ, Jakarta Barat, Rabu (18/3/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengajar senior dari Universitas Diponegoro, Semarang, Profesor dr Amin Husni, PAK(K), SpS(K), MSc, mengatakan bahwa sebetulnya tidak sulit untuk meraih kualifikasi operasi otak pasien parkinson. Kini telah banyak tersedia tempat pelatihan dunia di mana seorang dokter bisa mengeyam pendidikan yang dibutuhkan.
"Di Indonesia ilmu ini baru berkembang. Sudah banyak tempat-tempat pelatihan sebetulnya jadi tidak sulit. Hanya alatnya saja yang masih mahal karena itu kan diimpor," ujar dr Husni ketika ditemui pada acara yang sama.
Baca juga: Nenek Sembuh dari Pikun Setelah Cairan Otaknya Dikeluarkan
Dihubungi secara terpisah ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi, Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi), dr Manfaluthy Hakim, SpS(K), juga membenarkan hal tersebut. Namun ia mengatakan alasannya bukan karena sedikit dokter yang kompeten.
"Iya masih sedikit banget karena itu membutuhkan kriteria yang detail untuk menuntukan pasien ini layak untuk tidak. Kalau untuk ketrampilan dokter itu memadai sekali. Beberapa dokter kita sudah mengikuti pendidikan tapi karena kriteria pasien itu sedikit kita coba dulu dengan obat," ujar dr Manfaluthy yang berpraktik di RSCM.
Berkaitan dengan hal tersebut ada dua metode operasi yang biasa digunakan. Satu cara adalah dengan menanamkan implan pada otak yang dialiri listrik untuk merangsang saraf dan satu lagi dengan sengaja 'membakar' sebagian kecil otak yang bermasalah.
Kedua teknik operasi tersebut memiliki kelebihan dan keuntungan dan risikonya masing-masing. Dokter akan berkonsultasi terlebih dahulu dengan pasien untuk mencari metode apa yang sebaiknya dilakukan.











































