Menkes tiba di Kulonprogo, Yogyakarta, dalam rangka Pencanangan Gerakan Nasional Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dam Deteksi Dini Kanker pada Perempuan Indonesia 2015-2019. Kegiatan ini rencananya juga dihadiri Ibu Negara Iriana Jokowi.
Sesampainya di Puskesmas Nanggulan, Kulonprogo, Menkes meninjau proses pendaftaran IVA yang merupakan salah satu metode deteksi dini kanker serviks dan mengajak peserta IVA untuk berbincang. "Kanker serviks di Indonesia kasus terbanyak ke-2 setelah kanker payudara, kira-kira 66 persen. Itu harus kita turunin," tegas Menkes dalam kunjungannya, Selasa (21/4/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menkes menargetkan agar perempuan di Indonesia tidak sampai mengidap kanker serviks stadium 3-4. "Kita harus turunin, kalau bisa sebelum jadi kanker. Caranya dengan menggalakkan pemeriksaan IVA," lanjutnya.
Dengan IVA, organ intim pasien hanya akan ditetesi asam asetat untuk mengetahui risiko kanker serviksnya. Nanti akan terlihat apakah terjadi perubahan warna. Bila terlihat lesi berwarna putih, maka pasien dinyatakan positif kanker. Sedangkan bila warnanya tetap merah, maka pasien dinyatakan normal.
"BPJS akan meng-cover pembiayaan. Untuk sekali periksanya maksimal Rp 25 ribu. Ini jauh lebih baik jika dibandingkan ketika sudah jadi kanker, bisa ratusan juta habisnya saya kira," kata Menkes lagi.
Namun Menkes berharap bukan hanya pemerintah saja yang bekerja menurunkan kasus kanker serviks, tetapi kesadaran masyarakat untuk deteksi dini lebih penting, terutama bagi perempuan. "Pesan saya, bagi perempuan di usia 40 atau sudah menikah, yuk periksa (kanker)," tuturnya.
Baca juga: Vaksinasi 3 Kali Seumur Hidup, Risiko Kanker Serviks Bisa 'Dibabat'
Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo menambahkan keikutsertaan IVA di kabupaten yang dipimpinnya saat ini telah mencapai 60 persen. Rupanya angka ini menjadi yang tertinggi di DIY. (Rahma Lillahi Sativa/Nurvita Indarini)











































