Dr dr Irfan Wahyudi, SpU(K), mengatakan pada kasus anak laki-laki atau pria dewasa yang mengalami kelainan genital dan tidak dikoreksi, prosedur sunat yang tidak sesuai bisa mengakibatkan dampak buruk seperti infertilitas, tumor atau kanker. Maka dari itu, diharapkan para orang tua bisa lebih cermat dalam merencanakan sunat untuk anak mereka.
Sebelum tindakan sunat dilaksanakan, harus dilakukan beberapa pemeriksaan terlebih dahulu. Pasalnya, dalam beberapa kasus seperti burried penis yakni penis yang terbenam dan hipospadia di mana letak lubang kencing tidak berada di ujung kepala penis seperti normalnya, tidak dibolehkan dilakukan sunat biasa melainkan memerlukan tindakan rekonstruksi khusus.
“Ada dua faktor dalam kasus burried penis, yaitu karena kelainan pada jaringan ikat dan lapisan lemak di bagian bawah perut akibat obesitas. Sehingga disarankan untuk lebih cermat dalam menyikapi kasus ini agar mendapatkan penanganan yang tepat. Sedangkan penderita hipospadia biasanya mengalami bengkok pada penisnya. Penyebabnya pun belum dapat diketahui secara pasti,” ucap dr Irfan di sebuah acara di Hotel Aryaduta, Jakarta, dan ditulis pada Jumat (29/5/2015)
Baca juga: Ibu di Florida Dipenjara Gara-gara Tak Mengizinkan Anaknya Disunat
Hadir dalam kesempatan yang sama, dr Arry Rodjani, SpU (K) dari RS ASRI mengatakan jika anak mengalami kasus seperti burried penis dan hipospadia tak bisa sembarangan saat menyunatnya. dr Arry mengungkapkan umumnya tindakan operasi bagi hipospadia bisa dilakukan saat anak berusia 6 bulan sampai 1,5 tahun. Terapi untuk kasus burried penis dan hipospadia harus ditangani dengan melakukan operasi rekonstruksi oleh para ahli.
Penyebab dari burried penis atau penis yang tampak mengecil adalah kegemukan, kelainan pada jaringan ikat di bawah penis yang menyebabkan penis tidak terfiksasi dan mengalami retraksi. Hal ini juga menyebabkan tertutupnya lubang kencing oleh kulit penis atau yang disebut fimosis dan stenosis.
Sedangkan, pada kasus hipospadia penyebabnya adalah kasus kelainan genital yang ternyata sudah sering ditemukan. Kelainan yang kerap terjadi pada 1 dari 250 hingga 300 jumlah kelahiran bayi laki-laki hidup ini tidak menimbulkan rasa sakit namun menyebabkan gangguan saat berkemih.
“Ketika dewasa, hipospadia akan menyebabkan gangguan pada fungsi reproduksi saat ejakulasi, dikarenakan oleh bentuk penis yang melengkung sehingga akan terjadi kesulitan penetrasi penis saat berhubungan intim. Namun jangan khawatir, meski begitu hipospadia dapat disembuhkan melalui tindakan rekonstruksi,” pungkas dr Irfan.
Baca juga: Protes Sunat, Seniman Italia Jual 'Suvenir' Kulup Penis di Internet (Radian Nyi Sukmasari/AN Uyung Pramudiarja)











































