Pembuatnya, Sprout Pharmaceuticals saat ini tengah berjuang mendapatkan persetujuan FDA untuk memasarkan obatnya tersebut. Obat tersebut ditujukan bagi wanita yang kehilangan gairah seks pada masa pramenopause. Jika disetujui, nama dagang yang akan digunakan adalah Addyi.
Review FDA menunjukkan adanya peningkatan kepuasan seksual atau satisfying sexual events (SSEs) secara signifikan pada pengguna obat ini. Dari rata-rata 2-3 SSE perbulan, pemberian obat ini memberikan peningkatan sebanyak 0,5-1 SSE perbulan.
Baca juga: Ilmuwan Kembangkan Viagra untuk Mencegah Penyebaran Malaria
Namun begitu, manfaatnya dinilai masih terlalu kecil dibandingkan dengan risiko efek sampingnya yang mengkhawatirkan. Efek samping yang mencakup mual, pusing dan mengantuk menjadi alasannya. Bahkan seperti dikutip dari Reuters, Rabu (3/6/3015), obat ini meningkatkan risiko pingsan dan cedera akibat kecelakaan.
Sebelumnya, FDA sudah 2 kali menolak izin edar flibanserin karena efek sampingnya dibilai tidak sebanding dengan manfaat yang didapatkan. Risiko efek samping meningkat pada penggunaan bersama dengan alkohol.
Di sisi lain, tarik ulur perizinan obat ini memicu tudingan miring di kalangan kelompok wanita. Mereka menuding FDA bias gender dan menerapkan standar ganda, sebab hingga kini ada berbagai macam obat disfungsi seksual untuk pria namun belum ada satupun yang bisa digunakan untuk wanita.
Baca juga: Berdalih untuk Obati Lemah Syahwat, Dokter Ini Cabuti Gigi Pasiennya
(up/up)











































