"Dokter dari segi pendidikan memang ke arah penogbatan, kalau perawat lebih ke 'nursing', perawatan lah ya. Karena kalau orang sakit kan nggak hanya biologisnya saja tetapi juga menyangkut kondisi psikis dan lingkungannya," kata dr Trevino A Pakasi, MS, PhD dari Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Nah, dengan adanya kolaborasi antara dokter dan perawat, diharapkan peluang kesembuhan pasien bisa meningkat sehingga waktu sakit si pasien pun lebih sebentar, demikian dikatakan dr Trevino di Rumah Anyo, Jl Anggrek Murni Blok A/110, Slipi, Jakarta Barat, Jumat (5/6/2015).
Baca juga:Dokter Malas Cuci Tangan, Pasien Rentan Terserang Infeksi
"70% orang sehat bisa dicegah supaya nggak sakit. Nah, upaya preventif ini nggak hanya dilakukan dokter saja tapi juga perawat. Misalnya ada kasus pecandu rokok bisa berhenti merokok, lalu diadakan semacam kelas sharing pengalaman berhenti merokok kan bisa di-leading oleh perawat. Bisa juga dengan memberi ya semacam info pada pasien juga sebagai tindakan preventif," tutur dr Trevino.
Ia mencontohkan di klinik dokter keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ada program bina keluarga. Di situ, pembinaan keluarga didelegasikan oleh dokter ke perawat. Baru, ketika ada kondisi yang memang harus 'dibina' langsung oleh dokter, maka dokter akan menanganinya. Ada pula peran perawat sebagai Case Manager misalkan si perawat menentukan kapan pasien harus ke dokter spesialis, tetapi tetap berdasarkan guideline yang ada.
"Jadi kolaborasi antara dokter dan perawat tuh penting banget. Memang, perlu health promotion tentang fungsi perawat dan dokter secara terus menerus seperti halnya pemikiran dulu kalau ke dokter harus disuntik sekarang kan nggak harus gitu," pungkas dr Trevino.
Baca juga:Hospice Care, Bentuk Lain Pelayanan Paliatif Bagi Pasien Penyakit Parah
(rdn/up)











































