Namun anggapan itu nampaknya harus ditepis. Menurut penelitian terbaru yang dilakukan di Inggris, dalam kurun tahun 2010-2012, rata-rata terjadi 449 kematian pada wanita di atas 65 tahun. Sedangkan dalam periode yang sama, hanya ditemukan 7 kasus kematian pada wanita usia di bawah 25 tahun.
Itu artinya jumlah wanita tua yang terserang kanker serviks mengalami peningkatan. "Kami menduga angka ini disebabkan banyak wanita tua yang tidak melakukan screening untuk mencegah kanker serviks," tandas ketua tim peneliti, dr Sue Sherman dari Keele University seperti dikutip dari BBC, Selasa (16/6/2015).
Baca juga: Dokter Enggan Papsmear karena Dianggap Masih Muda, Pengantin Ini Meninggal
dr Sherman menambahkan, permasalahannya, banyak yang kadung beranggapan bahwa kanker serviks hanya akan menyerang wanita muda. Hal ini juga mendorong rendahnya kesadaran para wanita di Inggris tentang pentingnya papsmear di usia senja.
Padahal jika dilihat dari angka yang ada, ternyata 20 persen diagnosis kanker serviks baru justru ditemukan pada wanita di atas 65 tahun. "Jadi kita harus mengubah persepsi tentang penyakit ini. Sama halnya dengan kanker payudara dan kanker usus, kanker serviks dapat menyerang wanita dengan usia berapapun," imbuhnya.
dr Sherman kemudian memaparkan bukti bahwa mereka yang rutin melakukan pemeriksaan atau papsmear pada usia 50-64 tahun ternyata 'memiliki risiko relatif kecil' untuk terkena kanker serviks dalam kurun 20 tahun mendatang. Sebaliknya, mereka yang memilih tidak melaksanakan screening di rentang usia ini cenderung meningkat risikonya.
Untuk itu, dr Sherman menyarankan agar screnning atau papsmear tak hanya direkomendasikan untuk wanita muda saja, tetapi juga wanita berusia 70 tahun ke atas.
Sependapat dengan hal ini, dr Hari Nugroho, SpOG dari RSUD Dr Soetomo Surabaya mengungkapkan, wanita yang telah memasuki masa menopause tetap perlu melaksanakan papsmear.
"Seorang wanita, sudah menopause atau belum, masih perlu dilakukan papsmear hingga usia 65 tahun setiap 3 tahun. Karena risiko terjadinya kanker serviks tidak berhubungan dengan status menopause atau tidak," ujar dr Hari kepada detikHealth beberapa waktu lalu.
Selain papsmear, pencegahan kanker leher rahim, terutama di Indonesia dapat dilakukan dengan inspeksi visual menggunakan asam asetat atau yang akrab disebut IVA. Cara ini bersifat non invasif, mudah serta murah karena pemeriksaannya bisa dilakukan di puskesmas dan oleh bidan, hasilnya langsung, sensitivitas dan spesifisitasnya pun cukup memadai.
"Supaya perempuan lebih familiar dengan IVA ini, kita bikin sedikit plesetannya yakni 'Ingat Vagina Anda'. IVA itu nantinya leher rahim dioles dengan asam cuka.," papar Dr dr Laila Nuranna, SpOG(K) dari Perhimpunan Onkologi Ginekologi Indonesia dalam kesempatan terpisah.
Baca juga: Kanker Serviks Doyannya Sama Wanita Muda
(lll/vit)











































