Pada Imunoterapi, Sel Imun 'Dibuat' Lebih Kuat Hingga Mampu Lawan Sel Kanker

Pada Imunoterapi, Sel Imun 'Dibuat' Lebih Kuat Hingga Mampu Lawan Sel Kanker

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Rabu, 26 Agu 2015 18:34 WIB
Pada Imunoterapi, Sel Imun Dibuat Lebih Kuat Hingga Mampu Lawan Sel Kanker
Foto: Thinkstock
Jakarta - Imunitas tidak hanya berguna untuk menjaga daya tahan tubuh agar tak mudah sakit. Kini, sistem imun juga bisa dimanfaatkan untuk pengobatan kanker melalui metode imunoterapi.

Dijelaskan dr Aung Myo, MD, MSc selaku Medical Director Oncology MSD Asia Pasifik, pada prinsipnya metode imunoterapi yakni mengatur sistem imun tubuh untuk melawan kanker. Ada dua tipe imunoterapi. Pertama yakni aktivasi imunitas.

"Dalam aktivasi imunitas, kita memakai obat untuk menstimulasi sistem imun, dengan respons imun yang lebih kuat maka bisa mematikan sel kanker," kata dr Aung di di kantor MSD, Wisma BNI 46, Jakarta, Rabu (26/8/2015).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam penerapannya, kerap ditemukan sesuatu yang menghambat sel imun menyerang sel kanker. Dikatakan dr Aung, setelah diteliti lebih lanjut, ternyata ada sesuatu yang menyelubungi sel kanker sehingga sel imun tidak bisa mengenali sel kanker.

Untuk itu, lanjut dr Aung, digunakan metode breaking immune tolerance guna menghancurkan selubung sel kanker menggunakan anti-PD 1 sehingga sel kanker terlihat. Aanti-PD 1 menggunakan obat yang mengandung zat aktif pembrolizumab.

Ketika sel imun dan sel kanker bertemu, akan terjadi ikatan. Dalam keadaan normal, saat sel kanker mengeluarkan antigen, akan diterima reseptor sel imun sehingga sel imun diaktivasi dan melakukan serangan. Namun, sel imun tidak bisa menyerang karena ada PD-L1 yang berikatan dengan reseptor PD1.

Baca juga: Studi: Imunoterapi Berpotensi Gantikan Kemoterapi dalam 5 Tahun ke Depan

"Saat PD-L1 berikatan dengan reseptor PD 1, T sel jadi dinonaktifkan sehingga tidak menyerang menyerang sel kanker. PD 1 dan PD-L1 ini memang sudah ada untuk mencegah penyebaran virus saat sakit. Jika tidak ada penghentian, sel imun akan terus menyerang hingga terjadi kondisi autoimun," jelas dr Aung.

Nah, ketika dimasukkan anti-PD1 yang mengandung zat aktif pembrolizumab ikatan PD-L1 dan PD-1 akan terblokir sehingga reseptor sel T tetap aktif dan bisa melakukan penyerangan terhadap sel kanker.

"Studi penggunaan anti PD-1 ini sudah dilakukan pada 30 jenis kanker dengan berbagai macam stadium. Sampai saat ini, yang disetujui FDA yaitu obat imunoterapi untuk kanker kulit. Di Asia, obat ini belum masuk ke Indonesia dan rencananya 1 tahun ke depan sudah bisa digunakan di Indonesia," kata dr Aung.

Untuk dosis imunoterapi dengan pembrolizumab, akan diinfus 10 mg per kg berat badan setiap tiga minggu sekali selama 2 tahun. Durasi memasukkan obat melalui infus memakan waktu 30 menit. dr Aung menyatakan melalui studi yang ia lakukan, untuk pasien melanoma, terapi ini bisa meningkatkan kualitas hidup pasien kanker sampai 30%.

"Kami berharap pasien kanker juga bisa punya hidup yang berkualitas seperti pasien diabetes atau hipertensi misalnya. Juga kami berharap anti-PD 1 dengan pembrolizumab akan bisa digunakan pula untuk terapi jenis kanker lainnya," kata dr Aung.

Baca juga: Imunoterapi, Cara Lain Obati Kanker dengan Manfaatkan Sel Imun Tubuh (fds/up)

Berita Terkait