"Bisa mengurangi paparan racun pada rokok, tapi ingat, tidak nol persen. Bukan berarti itu 100 persen aman, sama saja tetap berbahaya," kata dr Thaksaphon Thamarangsa dari Department of Non-communicable Diseases and Environment WHO SEARO.
Ditemui detikHealth usai Media Workshop 68th Session of WHO Regional Committee Meeting for South-East Asia di Timor Plaza, Dili, Timor Leste dan ditulis pada Selasa (8/9/2015), dr Thamarangsa mengatakan sisa asap rokok masih menempel di pakaian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Pakar: Sisha, Rokok Konvensional, dan Rokok Elektrik Sama-sama Tidak Sehat
"Tapi tetap saja ya bukan berarti 100 persen aman. Akan lebih baik lagi jika berhenti merokok memang. Paparan asap rokok bisa mengenai kulit kita juga lho," lanjutnya.
dr Thamarangsa menekankan, seseorang tetap saja berisiko menjadi thirdhand smoker ketika mereka terpapar sisa-sisa asap rokok yang menempel di beragam permukaan, meskipun mereka tidak menjadi perokok aktif maupun pasif.
Soal thirdhand smoker, menurut dr Thamarangsa sama saja dengan petani tembakau yang berisiko terpapar langsung zat-zat pada tembakau. Untuk itu, ketika memetik atau menjemur tembakau, mereka harus menggunakan sarung tangan dan masker.
"Mereka bisa menghirup langsung atau melakukan kontak dengan kulit dan reaksinya di antaranya gatal-gatal dan iritasi," kata dr Thamarangsa.
Baca juga: Tekan Konsumsi Rokok, WHO: Perlu Kebijakan dan Pengendalian yang Lebih Kuat
(rdn/vit)











































