Penelitian yang dilakukan oleh Mike Bancks dari University of Minnesota School of Public Health menemukan bahwa risiko memiliki gula darah tinggi lebih besar 65 persen pada pengisap ganja. Hal yang sama juga berlaku bagi pengisap ganja rekreasional yang sudah lebih dari 100 kali menggunakan barang tersebut.
Baca juga: Duh! Konferensi di Jerman Kacau Gara-gara Belasan Orang Alami Halusinasi
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian Bancks dilakukan kepada 3.034 partisipan pada tahun 1980-an. Para partisipan dipantau penggunaan ganja serta kondisi kesehatanya secara umum. 25 Tahun kemudian pada tahun 2010 dan 2011, diketahui bahwa 45 persen partisipan yang mengisap ganja memiliki gula darah yang tinggi.
Penelitian kedua Bancks dilakukan kepada 3.151 orang yang tidak memiliki gula darah tinggi pada tahun 1992 dan 1993. Setelah 18 tahun, ditemukan bahwa mereka yang mengisap ganja lebih dari 100 kali memiliki 39 persen risiko lebih besar memiliki gula darah tinggi.
Hasil ini mematahkan penelitian sebelumnya soal penggunaan ganja dan risiko diabetes. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa penggunaan ganja membuat seseorang makan lebih banyak, namun memiliki risiko diabetes yang lebih kecil daripada yang tidak pernah menggunakan ganja.
Hal ini didasari oleh berat badan yang lebih sehat dan pinggang yang lebih kecil. Bahkan dikatakan pengguna ganja memiliki risiko 30 persen lebih kecil terserang diabetes. Terkait perbedaan ini, Bancks mengatakan bahwa perbedaan hasil penelitian merupakan hal biasa di bidang kedokteran.
"Hasil penelitian kami tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya. Karena itu perlu ada riset yang lebih banyak seputar efek kesehatan metabolisme dari penggunaan ganja," pungkasnya.
Baca juga: Tak Cuma Rokok dan Alkohol, Ganja Juga Bikin Jumlah Sperma Drop (mrs/vit)











































