Menteri Kesehatan Profesor Dr dr Nila Moeloek, SpM(K), menyinggung soal riset sel punca kepada para peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) ketika ia meresmikan dibukanya Galeri Kesehatan.
"Kalau dulu kita mengobati pengobatan secara kimiawi atau tradisional serta pencegahan dengan vaksin, kini dunia berlomba-lomba menggunakan stem cell. Saya kira kita juga sudah harus melakukannya di negara kita," kata Nila di Balitbangkes, Jl Percetakan Negara, Jakarta Pusat, Jumat (17/9/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sel punca sendiri adalah sel induk yang bisa dikembangkan menjadi jaringan atau organ apa saja. Artinya dengan teknologi yang memadai seharusnya berbagai macam penyakit degeneratif atau penurunan fungsi organ bisa diatasi.
Menanggapi hal ini Kepala Balitbangkes Profesor dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), mengatakan bahwa teknologi sel punca di Indonesia saat ini masih pada tahap pengembangan. Salah satu hal yang menghambat adalah karena ini ilmu baru, beberapa orang masih mempertanyakan etika penerapan sel punca.
"Memang sudah ada berapa belas rumah sakit yang ditunjuk untuk jadi koordinator penelitian. Sedang dikumpulkan sebetulnya apa yang dikerjakan di masing-masing pusat itu supaya bisa berkembang," kata Tjandra ditemui pada acara yang sama.
"Apakah ini bisa digunakan besok? Itu butuh proses yang jelas sekarang kita masih memformulasikan penerapan seperti apa yang tepat," pungkasnya.
Baca juga: Pertama di Dunia, Ibu Perjuangkan Sel Telur Anaknya Demi Punya Cucu (fds/vit)











































