Kenali, Pesan-pesan Broadcast Menyesatkan yang Sering Beredar (2)

Kenali, Pesan-pesan Broadcast Menyesatkan yang Sering Beredar (2)

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Senin, 26 Okt 2015 14:31 WIB
Kenali, Pesan-pesan Broadcast Menyesatkan yang Sering Beredar (2)
Foto: thinkstock
Jakarta - Pesan berantai lewat BlackBerry Messenger (BBM) atau media sosial lainnya bisa jadi bentuk sosialisasi yang efektif agar masyarakat lebih aware terhadap berbagai hal yang menyangkut kesehatan.
     
Namun di sisi lain, banyak juga pihak yang memanfaatkan ketidaktahuan publik untuk memberikan informasi yang justru malah menyesatkan. Melanjutkan bagian pertama, berikut beberapa pesan BBM menyesatkan yang pernah beredar di Indonesia, seperti halnya dirangkum detikHealth, Senin (26/10/2015).
     
Baca juga: Awas Tertipu! Manfaat Produk Kesehatan Ini Ternyata Hoax

1. Minum soda setelah makan durian menyebabkan kematian

Foto: Thinkstock/Elecstasy
Pecinta durian bisa jadi dibuat shock ketika membaca sebuah pesan singkat yang disebar orang iseng lewat jaringan BBM pada awal 2014 lalu. Pesan itu berbunyi bahwa mengonsumsi minuman soda setelah makan buah durian akan menimbulkan racun yang lebih dahsyat dari racun ular kobra. Hal yang sama juga berlaku untuk kopi, bir, dan jenis minum beralkohol lainnya.
     
Racun yang dimaksud menyebabkan keracunan kafein dan lonjakan tekanan darah yang berakibat pada kematian akibat serangan jantung. Menanggapi hal ini, dr Errawan R Wiradisuaria, SpB(KBD), MKes, dari RS Premier Bintaro mengatakan minum soda selepas makan durian tidak serta-merta menyebabkan kematian.
     
"Secara ilmiah tidak ada hubungannya makan durian minum soda lalu meninggal. Hanya mungkin ada efek kembung yang dirasakan, karena soda kan mengandung gas dari bubble-nya itu. Durian juga salah satu makanan yang menimbulkan gas. Jadinya menimbulkan efek kembung," terangnya.

2. Sayap dan ceker ayam bisa memicu kanker

Foto: tina53/Pixabay
Di bulan Mei 2014, lewat jejaring Path dan Blackberry Messenger (BBM) pernah tersiar kabar bahwa sayap ayam merupakan bagian tubuh ayam yang paling sering disuntik hormon pertumbuhan (growth hormone) dan antibiotik, begitu juga dengan lehernya.
     
Sementara kaki atau ceker ayam diklaim sebagai tempat menimbun 'end product' dari antibiotik dan 'second hormonal' sehingga menambah sekresi hormon bagi wanita yang gemar makan sayap dan ceker ayam. Lama-kelamaan senyawa kimia yang ada dalam kedua bagian ayam itu akan terakumulasi menjadi toksin, lalu karsinogen, dan menyebabkan kanker.
     
Hal ini dibantah oleh dr Ramadhan, SpBOnk dari RS Kanker Dharmais. "Umur ayam itu kan pendek sampai dia dipotong. Kalaupun dipotong obat hormonnya itu masih ada atau belum habis lalu dimakan menyebabkan kanker, sampai sekarang belum ada buktinya," katanya.
     
Di sisi lain dr Dradjat Suardi, SpB(K)Onk, ahli kanker dari Perhimpunan Onkologi Indonesia mengatakan mengonsumsi ayam yang pernah disuntik hormon memang dapat menambah risiko kanker, karena salah satu penyebab kanker adalah faktor kimiawi. Tetapi bukan berarti mengonsumsi sayap dan ceker serta-merta akan memicu kanker.
     
"Tidak hanya sayap dan ceker, semua yang kolesterolnya tinggi juga bisa memicu kanker. Dan masyarakat diimbau meminimalkan segala macam zat kimiawi yang bisa memicu kanker," pesannya.

3. Ditemukan virus AIDS dalam makanan kalengan

Foto: Thinkstock/Boarding1Now
Di pertengahan 2014 lalu, sempat tersiar kabar bahwa makanan kalengan yang diimpor dari negara tertentu mengandung virus AIDS yang ditularkan oleh para pekerjanya. Sebab kabarnya para pekerja tersebut memasukkan darah mereka ke dalam makanan berkemasan tersebut.

Hal ini ditanggapi Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Roy Sparringa sebagai hoax atau sumir. Pihaknya mengaku tak pernah menemukan hal-hal yang disebutkan dalam pesan, termasuk kandungan darah dan virus HIV.

"Virus AIDS tidak bisa bertahan di luar hostnya, yakni tubuh manusia. Darah juga kalau keluar dari tubuh kan akan kering. Apalagi makanan kaleng melalui proses sterilisasi," jelas Roy.

4. Es batu dari air matang dan tidak bisa dibedakan dengan mata telanjang

Foto: Thinkstock/anna1311
Heboh es batu yang dibuat dari air tidak matang justru mendorong sebagian oknum untuk membuat informasi yang menyesatkan. Di antaranya memberikan tips cara membedakan es batu dari air matang atau tidak. Konon bening atau tidaknya es batu bisa dijadikan indikatornya.

Kepala BPOM, Roy Sparringa pun meluruskan hal ini dengan mengatakan bahwa aman tidaknya es batu hanya dapat diketahui lewat uji laboratorium. Di samping itu, aman tidaknya es batu juga tidak dapat ditentukan dari bentuknya mengingat sebagian orang beranggapan ice cube lebih aman dibanding es batu berbentuk balok.

Roy kemudian menyarankan agar konsumen bersikap cerewet bila ingin mengetahui es batu yang akan dikonsumsinya aman atau tidak. Jika es batu diproduksi sendiri oleh restoran atau tempat makan tersebut, keamanannya lebih mudah ditelusuri. Jika tidak yakin, lebih baik pesan minuman dingin yang tidak menggunakan es batu.

5. Makan ikan lele mengakibatkan kanker

Foto: Detikfood
Yang terbaru media sosial tengah dihebohkan dengan kabar bahwa lele merupakan ikan yang paling jorok karena doyan mengonsumsi segala jenis limbah di perairan, termasuk kotoran manusia. Untuk itu satu suap ikan lele yang sudah diolah diklaim mengandung 3.000 sel kanker dan tidak patut dikonsumsi.
     
"Saat ini belum ada penelitian yang menyatakan jika memakan lele dapat memicu kanker," tegas dr Dradjat.
     
Menurutnya, lele memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti protein dan asam lemak omega tiga, atau setara dengan ikan salmon. "Berbeda jika menggunakan minyak yang digunakan berkali-kali, bisa jadi memicu kanker. Namun itu bukan dari ikannya, melainkan minyaknya tersebut," tegas dr Dradjat.
Halaman 2 dari 6
Pecinta durian bisa jadi dibuat shock ketika membaca sebuah pesan singkat yang disebar orang iseng lewat jaringan BBM pada awal 2014 lalu. Pesan itu berbunyi bahwa mengonsumsi minuman soda setelah makan buah durian akan menimbulkan racun yang lebih dahsyat dari racun ular kobra. Hal yang sama juga berlaku untuk kopi, bir, dan jenis minum beralkohol lainnya.
     
Racun yang dimaksud menyebabkan keracunan kafein dan lonjakan tekanan darah yang berakibat pada kematian akibat serangan jantung. Menanggapi hal ini, dr Errawan R Wiradisuaria, SpB(KBD), MKes, dari RS Premier Bintaro mengatakan minum soda selepas makan durian tidak serta-merta menyebabkan kematian.
     
"Secara ilmiah tidak ada hubungannya makan durian minum soda lalu meninggal. Hanya mungkin ada efek kembung yang dirasakan, karena soda kan mengandung gas dari bubble-nya itu. Durian juga salah satu makanan yang menimbulkan gas. Jadinya menimbulkan efek kembung," terangnya.

Di bulan Mei 2014, lewat jejaring Path dan Blackberry Messenger (BBM) pernah tersiar kabar bahwa sayap ayam merupakan bagian tubuh ayam yang paling sering disuntik hormon pertumbuhan (growth hormone) dan antibiotik, begitu juga dengan lehernya.
     
Sementara kaki atau ceker ayam diklaim sebagai tempat menimbun 'end product' dari antibiotik dan 'second hormonal' sehingga menambah sekresi hormon bagi wanita yang gemar makan sayap dan ceker ayam. Lama-kelamaan senyawa kimia yang ada dalam kedua bagian ayam itu akan terakumulasi menjadi toksin, lalu karsinogen, dan menyebabkan kanker.
     
Hal ini dibantah oleh dr Ramadhan, SpBOnk dari RS Kanker Dharmais. "Umur ayam itu kan pendek sampai dia dipotong. Kalaupun dipotong obat hormonnya itu masih ada atau belum habis lalu dimakan menyebabkan kanker, sampai sekarang belum ada buktinya," katanya.
     
Di sisi lain dr Dradjat Suardi, SpB(K)Onk, ahli kanker dari Perhimpunan Onkologi Indonesia mengatakan mengonsumsi ayam yang pernah disuntik hormon memang dapat menambah risiko kanker, karena salah satu penyebab kanker adalah faktor kimiawi. Tetapi bukan berarti mengonsumsi sayap dan ceker serta-merta akan memicu kanker.
     
"Tidak hanya sayap dan ceker, semua yang kolesterolnya tinggi juga bisa memicu kanker. Dan masyarakat diimbau meminimalkan segala macam zat kimiawi yang bisa memicu kanker," pesannya.

Di pertengahan 2014 lalu, sempat tersiar kabar bahwa makanan kalengan yang diimpor dari negara tertentu mengandung virus AIDS yang ditularkan oleh para pekerjanya. Sebab kabarnya para pekerja tersebut memasukkan darah mereka ke dalam makanan berkemasan tersebut.

Hal ini ditanggapi Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Roy Sparringa sebagai hoax atau sumir. Pihaknya mengaku tak pernah menemukan hal-hal yang disebutkan dalam pesan, termasuk kandungan darah dan virus HIV.

"Virus AIDS tidak bisa bertahan di luar hostnya, yakni tubuh manusia. Darah juga kalau keluar dari tubuh kan akan kering. Apalagi makanan kaleng melalui proses sterilisasi," jelas Roy.

Heboh es batu yang dibuat dari air tidak matang justru mendorong sebagian oknum untuk membuat informasi yang menyesatkan. Di antaranya memberikan tips cara membedakan es batu dari air matang atau tidak. Konon bening atau tidaknya es batu bisa dijadikan indikatornya.

Kepala BPOM, Roy Sparringa pun meluruskan hal ini dengan mengatakan bahwa aman tidaknya es batu hanya dapat diketahui lewat uji laboratorium. Di samping itu, aman tidaknya es batu juga tidak dapat ditentukan dari bentuknya mengingat sebagian orang beranggapan ice cube lebih aman dibanding es batu berbentuk balok.

Roy kemudian menyarankan agar konsumen bersikap cerewet bila ingin mengetahui es batu yang akan dikonsumsinya aman atau tidak. Jika es batu diproduksi sendiri oleh restoran atau tempat makan tersebut, keamanannya lebih mudah ditelusuri. Jika tidak yakin, lebih baik pesan minuman dingin yang tidak menggunakan es batu.

Yang terbaru media sosial tengah dihebohkan dengan kabar bahwa lele merupakan ikan yang paling jorok karena doyan mengonsumsi segala jenis limbah di perairan, termasuk kotoran manusia. Untuk itu satu suap ikan lele yang sudah diolah diklaim mengandung 3.000 sel kanker dan tidak patut dikonsumsi.
     
"Saat ini belum ada penelitian yang menyatakan jika memakan lele dapat memicu kanker," tegas dr Dradjat.
     
Menurutnya, lele memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti protein dan asam lemak omega tiga, atau setara dengan ikan salmon. "Berbeda jika menggunakan minyak yang digunakan berkali-kali, bisa jadi memicu kanker. Namun itu bukan dari ikannya, melainkan minyaknya tersebut," tegas dr Dradjat.

(lll/vit)

Berita Terkait