Dijelaskan bahwa plester dilengkapi dengan kapsul-kapsul kecil berisi perwarna yang dengan sendirinya akan keluar ketika terpapar racun yang dihasilkan oleh bakteri. Ketika terjadi perubahan warna pada plester, dokter bisa dengan segera mengetahui dan mengobatinya dengan efektif.
Selama ini dokter sulit dengan cepat dan mudah mendiagnosis adanya infeksi sehingga bila ada pasien luka, antibiotik kerap diberikan untuk berjaga-jaga. Padahal penggunaan antibiotik yang sembarangan seperti itu dapat membuat bakteri beradaptasi dengan cepat dan membangun kekebalan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah resistensi obat semakin jadi nyata setelah banyak bermunculan penyakit yang dulu mudah diobati tetapi tidak lagi seperti misalnya tuberculosis. World Health Organization (WHO) bahkan telah mengumumkan bahwa resistensi obat telah menjadi ancaman global.
Oleh karena itu pemimpin studi dr Toby Jenkins mengatakan dengan adanya plester diharapkan penggunaan antibiotik yang sembarangan bisa ditekan.
"Temuan ini bisa membantu menyelamatkan banyak nyawa," kata dr Jenkins seperti dikutip dari BBC pada Senin (16/11/2015).
Atas temuan oleh dr Jenkins beserta timnya, mereka mendapatkan hadiah uang tunai sekitar Rp 20 miliar dan diminta untuk menguji respon purwarupa plester terhadap sampel kulit korban luka bakar.
Baca juga: Peneliti Kembangkan Plester Isi Bahan Radioaktif untuk Terapi Kanker Kulit (fds/up)











































