Direktur Pengendalian Penyakit Menular dr Sigit Priohutomo, MPH, mengatakan meningkatnya jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia terjadi karena semakin banyak masyarakat yang mau melakukan tes HIV. Dengan begitu perlahan-lahan kasus HIV yang disebut sebagai fenomena gunung es akan terangkat.
"Jadi makin banyak yang terdeteksi makin terangkat gunung esnya, meskipun pelan-pelan ya. Semakin banyak juga masyarakat yang mau melakukan tes dan mengetahui statusnya," tutur dr Sigit dalam temu media di Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (30/11/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data Kemenkes menyebut pada tahun 2005, 859 orang dilaporkan mengidap HIV. Pada tahun 2008 naik menjadi 10.362 orang dan kembali meningkat pada tahun 2010 menjadi 21.591 orang.
Jumlah ini kembali meningkat pada tahun 2013 dengan 29.037 orang, 2014 dengan 32.711 orang dan per september 2015 berada di 24.791 orang. Dikatakan dr Prio, hal ini terjadi karena pergeseran target program deteksi dini dan skrining.
"Kalau dulu kan kita tes cuma kelompok kunci aja, yang kita duga mengidap HIV kita tes. Sekarang tes juga dilakukan ke populasi umum, terutama ke ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga menjadi salah satu kelompok pengidap HIV yang tinggi," tuturnya lagi.
Diharapkan dengan meningkatnya jumlah temuan kasus, upaya pencegahan juga akan semakin meningkat. Para pengidap HIV positif dapat melakukan pencegahan dan memberi tambahan informasi kepada kelompoknya terkait penularan HIV.
"Kalau misalnya ada LSL (lelaki seks lelaki) yang positif HIV, tentunya dia nggak akan mau menularkan HIV ke pasangan atau kelompoknya dong. Makanya dia akan berpartisipasi dalam pencegahan penularan," tutupnya.
Baca juga: Banyak Pengidap HIV Tak Lakukan Tes, Alasannya Takut Ketahuan Positif (mrs/up)











































