Namun, yang paling utama, keberhasilan program bayi tabung ditentukan oleh kualitas sel telur, sperma dan embrio. Untuk kualitas sel telur, supaya lebih baik, amat disarankan wanita supaya jangan terlalu tua saat melakukan bayi tabung, demikian dikatakan dr Yassin Yanuar, MIB, SpOG.
"Kemudian, perlu dilihat pula bagaimana dinding rahim perempuan apakah memiliki kemampuan menerima embrio sehingga bisa melekat dengan baik," kata dr Yassin di sela-sela Seminar Media SMART IVF Indonesia di Bebek Bengil Resto, Jl Agus Salim, Jakarta, Selasa (22/12/2015)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ini Dia Bayi dari Sperma Simpanan Tertua di Dunia
"Kita kasih obat sampai kondisi dinding rahim lebih baik lagi sehingga bisa menerima embrio," lanjut dr Yassin.
Hadir dalam kesempatan sama, Dr dr Budi Wiweko, SpOG(K) mengatakan faktor lain seperti materi genetik dari embrio apakah kromosomnya normal atau tidak juga perlu diperhatikan. Walaupun bentuknya bagus, belum tentu saat ditanam embrio bisa menempel.
"Makanya sebelum embrio ditanam diperiksa dulu kromosomnya normal apa nggak. Misal dari sepuluh embrio, dipilih melalui metode pra implantation genetic screening," kata dr Iko, begitu ia akrab disapa.
Ia menambahkan, keberhasilan program bayi tabung makin besar, yakni mencapai 75 persen setelah pasangan dilakukan 3 sampai 4 kali program. Terutama jika di siklus pertama bisa dihasilkan embrio cukup banyak, maka siklus kedua atau seterusnya bisa menggunakan embrio yang dibekukan.
Tahapan program bayi tabung pun terdiri dari delapan tahap yakni pemeriksaan dengan USG, hormon, sel telur, dan sperma. Kemudian pemberian obat untuk membesarkan sel telur, pemberian obat penekan hormon, pengambilan sel telur, pembuahan, pengembangan embrio, penanaman embrio, dan setelah itu baru dilihat hasilnya.
Baca juga: Mungkinkah Mendesain 'Bayi Super' Lewat Modifikasi Genetik?
(rdn/vit)











































