Tahun 2016, Peniliti Indonesia Fokus Lakukan Uji Klinis Sel Punca

Tahun 2016, Peniliti Indonesia Fokus Lakukan Uji Klinis Sel Punca

Firdaus Anwar - detikHealth
Rabu, 06 Jan 2016 15:31 WIB
Tahun 2016, Peniliti Indonesia Fokus Lakukan Uji Klinis Sel Punca
Foto: Firdaus Anwar
Jakarta - Stem cell atau sel punca masih dalam tahap pengembangan di seluruh dunia. Peneliti Indonesia sendiri akan melakukan uji klinis di tahun 2016 ini.

Sel punca memiliki banyak potensi karena sifatnya yang bisa menggantikan sel-sel apa saja yang rusak pada manusia. Ini artinya berbagai penyakit yang tak bisa atau sulit diobati seperti misalnya jantung, diabetes, osteoarthritis, dan cedera parah lainnya.

Salah satu peneliti Yuyus Kusnadi, PhD, dari Stem Cell and Cancer Institute (SCI) menjelaskan di Indonesia riset sel punca saat ini berada pada tahap uji klinis. Di SCI riset dan pengembangan sel punca sendiri sebetulnya sudah dijalankan sejak tahun 2010 dan pada 2016 ini sudah melakukan tahap uji.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun pada tahap uji ini yang disebut Yuyus sulit karena memakan banyak waktu dan modal. Butuh banyak kolaborasi berbagai pihak mulai dari lembaga pemerintah dan swasta bila memang ingin teknologi sel punca dapat segara dimanfaatkan masyarakat.

"Ini kalau saya bilang masih butuh empat tahun lagi. Untuk bicara aplikasi klinis semua stem cell pada prinsipnya masih dikategorikan clinical trial," kata Yuyus ketika ditemui di Laboratorium SCI, Pulomas, Jakarta Timur, Rabu (6/1/2016).

Baca juga: Banyak Klaim Sesat Soal Stem Cell, Masyarakat Diimbau Tak Mudah Percaya 

Sejauh Ini SCI telah melakukan uji klinis dengan bekerja sama dengan 11 rumah sakit yang memang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan RI sebagai pusat pengembangan sel punca. Alurnya peneliti di SCI menerima permintaan dari para dokter di rumah sakit dan kemudian menumbuhkan sel yang dibutuhkan di laboratorium.

Siklus tersebut akan terus dilakukan sampai jumlah eksperimen pada pasien dirasa cukup dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan izin edar untuk satu produk. Sejauh ini menurut Yuyus tak ada keluhan dari pasien yang menerima eksperimen.



Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menrisdikti) Profesor Mohamad Nasir, PhD, mengatakan ia berharap ke depan Indonesia akan menjadi pusat berkembangnya riset-riset sel punca. Ia akan berusaha agar lembaga riset seperti SCI diberikemudahan ketika melakukan uji klinis dengan meringankan pajaknya (Double Tax Deduction).

"Harapan kami nanti stem cell ini berkembang pesat di Indonesia. Biodiversity Indonesia harus kita gali terus supaya obat itu tidak jadi mahal," pungkas Menristekdikti Nasir ketika mengunjungi SCI pada kesempatan yang sama. (fds/up)

Berita Terkait