Bayi yang lahir dengan mikrosefalus, kepalanya cenderung lebih kecil dengan bayi normal. Hal ini terjadi karena otak bayi ketika dalam kandungan tak berkembang sempurna sehingga akan sangat mungkin mengalami gangguan belajar.
Lalu bagaimana kondisinya di Indonesia, apakah hal yang sama seperti di Brazil bisa terjadi? Ketua International Society of Tropical Pediatrics (ISTP) Profesor Dr dr Sri Rezeki S. Hadinegoro mengatakan terkait hal tersebut baru satu kasus Zika yang terkonfirmasi secara virologis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kemenkes Sudah Terima Laporan Infeksi Virus Zika di Indonesia
Meski saat ini virus Zika tak menjadi penyakit yang mewabah di Indonesia, namun menurut dr Sri kemungkinan tersebut tetap ada. Mengingat bahwa demam berdarah (DBD) saja masih menjadi masalah di Indonesia sehingga bukan tak mungkin Zika yang berhubungan erat dengannya menjadi ancaman baru.
"Zika itu sebetulnya termasuk jenis flavivirus juga, familinya sama dengan dengue. Kemudian transmisinya juga sama nyamuk Aedes aegypti. Itu jadi warning buat kita, berarti ini mungkin dong," kata dr Sri kepada detikHealth, seperti ditulis pada Minggu (31/1/2016).
"Moga-moga di Indonesia tidak kejadian deh seperti itu. Mikrosefalus di kita tetap ada dengan segala macam komplikasinya, tetapi bukan insiden luar biasa," imbuhnya.
dr Sri mengatakan pencegahan Zika tak jauh berbeda dengan DBD. Pemberantasan sarang nyamuk dan menjaga pola hidup bersih sehat adalah cara yang efektif untuk menahan kemungkinan terjadinya kasus-kasus baru.
"Makanya nomor satu itu kita kebersihan jangan banyak kaleng disimpan menimbun segala macam sampah. Itu kan biangnya yang jadi sumber pembiakan nyamuk. Itu yang harus kita lakukan," pungkas dr Sri.
(fds/vit)











































