"Kami menemukan bahwa bayi yang lahir melalui water birth tidak lebih mungkin memiliki skor apgar (pengukuran respons bayi terhadap kelahiran dan kehidupan di luar rahim), risiko dirujuk ke rumah sakit setelah lahir atau dirawat di RS di enam minggu pertama kelahiran, dibanding bayi yang lahir bukan dengan water birth," tutur Marit.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Midwifery and Women's Health ini, lanjut Marit, menunjukkan bahwa water birth cukup aman dan bisa jadi pilihan rendah intervensi bagi wanita dengan kehamilan berisiko rendah. Tapi, ia mengingatkan bahwa keputusan menggunakan teknik water birth harus tetap didiskusikan dengan tenaga medis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Studi ini hanya membandingkan persalinan dengan teknik water birth dan non water birth di rumah atau klinik khusus, bukan di rumah sakit. Diketahui, bayi yang lahir melalui teknik ini tidak lebih mungkin memerlukan penanganan khusus di RS dan robekan perineum ibu mengalami peningkatan sebanyak 11 persen.
Baca juga: Wah! Semprot Hidung Ini Disebut Bisa Bantu Kurangi Nyeri Saat Melahirkan
"Semua metode persalinan pasti memiliki risiko. Namun, water birth bisa jadi alternatif bagi ibu dengan kehamilan berisiko rendah. Tapi apapun jenis metode bersalin yang Anda pilih, diskusikan dulu dengan dokter Anda dan pastinya sesuaikan dengan kondisi tubuh Anda serta si bayi," tegas Marit.
Di Indonesia, metode water birth masih tetap kontroversial. Salah satunya terkait dengan risiko infeksi. Pada metode water birth, bayi dilahirkan dalam bak berisi air. Diyakini bayi tidak akan tersedak karena refleks selama dalam cairan ketuban melatih bayi untuk tidak langsung bernapas saat berada dalam air. Namun air dalam bak tentu tidak sama dengan air ketuban, banyak risiko kontaminasi di dalamnya.
"Masalah sterilitas air sering menjadi isu terjadinya infeksi pada janin," kata dr Sita Ayu Arumi, SpOG, dari RSU Bunda Menteng Jakarta.
Sampai saat ini pun belum ada dukungan dari Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) terhadap metode ini. Bahkan, POGI mengancam akan mencabut rekomendasi pendaftaran anggota (dokter kandungan) yang membantu metode ini.
"Bukti yang didapatkan masih belum cukup kuat, sehingga POGI di Indonesia tidak merekomendasikan metode ini," kata dr Hari Nugroho, SpOG, dari RSUD Dr Soetomo yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
Baca juga: Bantu Persalinan Waterbirth, Dokter Direkomendasikan Dicabut Registrasinya
(rdn/vit)











































