Lewat sebuah penelitian yang dipimpin Prof Chris Haley dari Human Genetics Unit, Medical Research Council, University of Edinburgh terhadap 20.000 orang Skotlandia, mereka menemukan bahwa risiko obesitas seseorang tidak serta-merta ditentukan oleh pola makannya sejak kecil.
Peneliti sampai pada kesimpulan tersebut selepas membandingkan dua faktor, yaitu genetik partisipan dan lingkungan tempat tinggal mereka, baik saat masih berumur belia maupun ketika memasuki usia dewasa, dan beberapa aspek yang berkaitan dengan risiko obesitas mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ingin Biasakan Anak yang Kegemukan Berolahraga? Perhatikan Dulu Hal Ini
Ternyata gaya hidup seseorang bersama pasangannya justru berdampak lebih besar untuk memicu seseorang menjadi kegemukan, daripada kebiasaan atau pola makan yang diajarkan orang tua sejak kecil.
Dampaknya biasanya paling terasa saat yang bersangkutan memasuki usia paruh baya. Saat itu, gaya hidup, termasuk pola makan dan rutinitas olahraga yang dilakukan bersama pasangan sejak pertama kali menikah mulai terlihat hasilnya, dan ternyata lebih berperan dalam memicu obesitas ketimbang gaya hidup yang diajarkan orang tua.
Namun di sisi lain, ini berarti partisipan yang memiliki riwayat obesitas bukan berarti tidak bisa menurunkan bobotnya.
"Perubahan gaya hidup saat dewasa juga memiliki dampak yang signifikan untuk menanggulangi obesitas, tak peduli seperti apa profil genetiknya," ungkap Prof Haley seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (26/2/2016).
Baca juga: Anak Dibiarkan Gemuk Hingga Remaja, Waspadai Kanker Kolorektal
(lll/up)











































