Lembaga Eijkman Teliti Mutasi Pada Virus Zika di Indonesia

Lembaga Eijkman Teliti Mutasi Pada Virus Zika di Indonesia

Muhamad Reza Sulaiman - detikHealth
Selasa, 15 Mar 2016 19:04 WIB
Lembaga Eijkman Teliti Mutasi Pada Virus Zika di Indonesia
Foto: BBC World
Jakarta - Virus Zika yang mewabah di Brasil dan negara-negara Amerika Selatan lainnya juga ditemukan di Indonesia. Lalu, mengapa kasus infeksi virus Zika di Indonesia tak separah di negara-negara tersebut?

Prof Amin Soebandrio, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, mengatakan pihaknya sedang meneliti apakah wabah virus Zika di Brasil terjadi akibat adanya mutasi virus. Untuk itu, ia melakukan penelitian kepada virus Zika yang ditemukan di Indonesia.

"Karena virus yang di Brasil dan di Indonesia itu sama. Kenapa kok di sana muncul banyak mikrosefali dan lainnya? Pasti ada sesuatu. Makanya dugaan awal adalah adanya mutasi," tutur Prof Amin, ditemui di Gedung D Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (15/3/2016).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca jugaRiset: Virus Zika Juga Berimplikasi pada Otak Orang Dewasa

Prof Amin mengatakan dirinya baru saja pulang dari Turki untuk mengikuti pertemuan terkait virus Zika. Dalam pertemuan tersebut, disepakati bahwa negara-negara yang memiliki sampel virus Zika akan melakukan sequencing DNA (urutan basa DNA) dan nantinya akan dibandingkan.

"Kita sepakati untuk melakukan sequencing dan nantinya akan kita bandingkan. Tapi belum tahu kapan karena masing-masing negara kan berbeda kecepatan penelitiannya," tuturnya lagi.

Sebelumnya diberitakan, peneliti dari Utah State University, AS bekerjasama dengan BioCryst Pharmaceuticals Inc mencoba meneliti obat antivirus yang bisa digunakan untuk menghambat perkembangan virus Zika.

Studi praklinis ini kemudian diujicoba pada beberapa ekor tikus. Obat yang diberi nama BCX443 ini dibandingkan dengan plasebo dan antiviral oral yang disebut ribavarin, untuk dilihat efeknya pada tikus yang terkena virus Zika. Ternyata, beberapa tikus menunjukkan peningkatan imun dan kelangsungan hidup yang lebih baik dengan BCX443.

Sekitar 7 dari 8 tikus yang menerima dosis standar BCX443 ini kualitas hidupnya jauh lebih baik dan mereka berhasil bertahan hidup. Sementara tikus-tikus lain yang menerima dosis rendah plasebo atau ribavirin tidak dapat bertahan hidup setelah 28 hari.

Studi virus Zika oleh berbagai peneliti dunia mulai banyak menghasilkan kesimpulan. Hasilnya hampir semua positif bahwa Zika memang menyebabkan berbagai kondisi mulai dari yang sering diduga seperti mikrosefali dan Guillain-Barre Syndrome (GBS) hingga ke kondisi lainnya seperti kalsifikasi otak, kerusakan plasenta, serta kematian janin.

Baca jugaDampak Lain Zika di Brazil, Para Ibu Bayi Cacat Ditinggal Pasangannya

(mrs/up)

Berita Terkait