Lebih dari 75 Persen Remaja Mengonsumsi Gula Melewati Batas Aman

Lebih dari 75 Persen Remaja Mengonsumsi Gula Melewati Batas Aman

Muhamad Reza Sulaiman - detikHealth
Selasa, 22 Mar 2016 14:03 WIB
Lebih dari 75 Persen Remaja Mengonsumsi Gula Melewati Batas Aman
Foto: Thinkstock
Jakarta - Obesitas remaja merupakan salah satu ancaman kesehatan yang menjadi perhatian. Sebuah studi dari Australia baru-baru ini menemukan sebab mengapa angka pengidap obesitas remaja makin banyak tiap tahunnya.

Prof Timothy Gill, pakar nutrisi dan kesehatan masyarakat dari Sydney University melakukan studi untuk melihat pola konsumsi gula dan pemanis buatan pada remaja dan dewasa muda. Ditemukan bahwa 76 persen remaja mengonsumsi gula dan pemanis tambahan melewati batas aman.

"Minuman ringan merupakan salah satu sumber konsumsi gula dan pemanis buatan di dunia, dengan persentase sebesar 25 persen. Namun pada remaja, persentase ini meningkat menjadi 33 persen," ungkap Prof Gill, dikutip dari ABC Australia, Selasa (22/3/2016).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Anak Sering Mendengkur Keras Saat Tidur? Bisa Jadi Terkena OSAS

Gill mengatakan pola konsumsi gula dan pemanis buatan semakin buruk. Pada tahun 1995, orang biasanya hanya mengonsumsi tiga tau empat biskuit sehari dan tak lebih dari 1 kaleng soda.

Namun saat ini, menjamurnya restoran cepat saji dan makanan instan membuat konsumsi minuman ringan turut meningkat. Saat ini, normal bagi remaja untuk mengonsumsi minuman ringan hingga 3 atau 4 kaleng dalam satu hari.

"Padahal kita tahu bahwa minuman tersebut memiliki sedikit manfaat, menambah jumlah kalori di tubuh dan tentu saja meningkatkan risiko obesitas di kemudian hari," tutur Gill lagi.

Solusinya menurut Prof Gill, minuman ringan harus dikenakan cukai. Selain membuat harga minuman ringan lebih mahal, cukai juga diberikan sebagai penanda bahwa makanan dan minuman ini tak baik bagi kesehatan tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.

"Makanan cepat saji dan makanan instan serta minuman ringan selalu ditampilkan sebagai makanan yang menarik, enak dan murah. Image ini harus diubah agar pola makan masyarakat, terutama remaja, bisa menjadi lebih sehat," paparnya.

Baca juga: Dinilai Sebabkan Perilaku Berisiko, Minuman Berenergi Tak Dijual di Kampus Ini

(mrs/vit)

Berita Terkait