Tak Boleh Sama Sekali Pakai Gula dan Garam di MPASI? Ini Kata Dokter

Cerdas Memberi MPASI

Tak Boleh Sama Sekali Pakai Gula dan Garam di MPASI? Ini Kata Dokter

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Rabu, 06 Apr 2016 15:03 WIB
Foto: thinkstock
Jakarta - Saat memberi Makanan Pendamping ASI atau MPASI, salah satu hal yang kerap dikeluhkan orang tua adalah si kecil tidak mau makan MPASI yang sudah dibuatkan oleh sang ibu. Nah, dikatakan dr I Gusti Ayu Nyoman Partiwi SpA dari RS Bunda Jakarta, hal itu bisa saja terjadi karena anak bosan.

"Untuk itu cobain aja gimana rasanya makanan yang dibuat untuk bayi. Jangan itu-itu aja. Bayam brokoli campur semua di slow ccoker kan bosan. Jangan takut pakai bumbu. Bawang putih, makanannya ditumis dengan mentega harus itu," kata wanita yang akrab disapa dr Tiwi ini saat berbincang dengan detikHealth.

"Memang semakin anak makan makanan yang original rasanya, itu bagus, tapi nggak semua anak bisa begitu. Kalau anak nggak mau makan, usia 8 bulan, dia kan udah tau rasa, ya kasih rasanya yang enak. Tapi kalau dari awal dia suka makanan yang original ya nggak apa-apa," imbuh dr Tiwi.

Baca juga: Untuk Bayi 7 Bulan Mana Porsi MPASI yang Ditambah, Bubur atau Buah?

Nah, berikut ini beberapa penjelasan terkait pemberian MPASI:

1. Penggunaan garam dan gula

Untuk penggunaan garam dan gula sebagai perasa, dr Tiwi mengatakan umumnya bayi mulai mengenal rasa di usia 7 sampai 8 bulan. Jika anak bisa mengonsumsi makanan tanpa garam tentu bagus, tapi bila bayi cenderung susah makan, sebetulnya penggunaan garam boleh saja, dengan jumlah secukupnya karena hanya sebagai pemberi rasa saja.

Perlu diingat pula bahwa garam juga ada di produk makanan lain seperti keju dan mentega. Sementara, untuk pemakaian gula, baik gula pasir atau gula merah sebaiknya juga jangan terlalu banyak karena bisa menyebabkan hilangnya nafsu anak untuk mengonsumsi makanan bergizi.

2. Pemberian telur setengah matang

"Pemberian telur setengah matang dikhawatirkan mengandung kuman salmonella typhosa yang bisa ada di dalam telur mentah. Selain itu, pemberian telur setengah matang tidak dianjurkan mengingat pencernaan dan kekebalan tubuhnya yang belum sempurna," kata dr Tiwi.

3. Pemberian madu

Pemakaian madu pada bayi yang sensitif atau belum sempurna sistem imunnya bisa mengakibatkan diare, kembung, atau kolik setelah diberi madu. Apalagi jika madu yang diberikan adalah madu asli atau belum dimurnikan.

"Tapi, alasan utama kenapa nggak boleh dikasih pada anak di bawah satu tahun karena madu mengandung bakteri Clostridium botulinum. Keracunan akibat bakteri ini bisa fatal," imbuh pemilik akun instagram @drtiwi ini.

4. MPASI rumahan vs pabrikan

"Menurut saya pemberiaan makanan yang dibuat sendiri tentu lebih baik hanya orang tua harus memperhatikan komposisi makanan, porsi dan tekstur sesuai dengan kebutuhan bayi. Bayi yang harus mengejar berat badan jangan ditunda diberi protein seperti daging, ikan, dan hati, di samping karbohidrat," terang dr Tiwi.

Sementara, dr Meta Hanindita SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya menuturkan MPASI pabrikan juga sudah terfortifikasi dan dibuat sesuai Codex WHO (International Food Standards). "Untuk yang ingin membuat sendiri, pastikan MPASI yang dibuat sudah mengandung berbagai zat gizi yang memang dibutuhkan anak, misalnya zat besi," kata dr Meta. (rdn/up)
Cerdas Memberi MPASI
15 Konten
Membahas pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) bagi anak yang berkaitan pula dengan pemberian ASI eksklusif. Bagaimana tekstur, porsi, jenis, dan jadwal pemberian MPASI. Dibahas pula feeding rules serta hal-hal seputar kegiatan makan anak.