Arijit Nandi, peneliti dari McGill University di Montreal, Kanada, mengatakan cuti melahirkan berdampak besar baik untuk bayi maupun sang ibu. Untuk tiap satu bulan cuti melahirkan yang diambil, risiko kematian bayi berkurang 13 persen.
"Mengambil cuti melahirkan dan memperpanjangnya merupakan instrumen penting untuk mencegah kematian bayi, terutama di negara-negara dengan penghasilan rendah dan menengah," tutur Nandi, dikutip dari Reuters, Selasa (12/4/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian dilakukan kepada 300.000 kelahiran di 20 negara berpenghasilan rendah dan menengah. Peneliti lalu membandingkan angka kematian bayi dengan kebijakan cuti melahirkan di negara-negara tersebut.
Hasil penelitian menyebut rata-rata 55 bayi dari 1.000 kelahiran hidup meninggal selama periode studi. 31 dari 1.000 kelahiran hidup meninggal dalam jangka waktu satu bulan setelah dilahirkan, sementara sisanya meninggal selang 2 bulan dan satu tahun setelah dilahirkan.
Semakin panjang cuti melahirkan yang diambil ibu, semakin kecil risiko kematian bayi. Pada ibu yang mengambil cuti melahirkan selama 6 bulan, angka kematiannya hanya 8 bayi dari 1.000 kelahiran hidup.
Nandi mengungkap cuti melahirkan bermanfaat untuk mengurangi risiko depresi pasca melahirkan, melancarkan produksi air susu ibu, dan membuat bayi lebih rutin menjalani pemeriksaan kesehatan dan imunisasi.
Selain itu, penting juga bagi ayah untuk melakukan hal yang sama. Para suami yang baru memiliki anak dan mengambil cuti meningkatkan produksi ASI dan membuat anak lebih terjaga kesehatan mentalnya.
Baca juga: Senangnya, Ibu di India Bakal Dapat Jatah Cuti Melahirkan 6 Bulan
(mrs/vit)











































