Awalnya, dokter mendiagnosis bocah yang tak disebutkan namanya itu dengan chalazion, masalah umum di mana terbentuk benjolan karena tersumbatnya kelenjar minyak di kelopak mata. Sayangnya, keesokan harinya si anak justru mengeluarkan air mata yang bercampur dengan darah.
"Pasien lantas menjalani CT Scan dan terlihat ada lesi di bagian atas mata yang dipenuhi cairan dan mengeras. Awalnya tim medis mengira ada kista besar di bagian atas mata yang memengaruhi penglihatan pasien," tulis dokter dalam laporannya di jurnal BMJ Case Reports, dikutip dari Daily Mail, Jumat (29/4/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah itu, dilaporkan si gadis kembali ke dokter spesialis mata. Kelopak matanya pun dibalikkan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Namun, siapa sangka tiba-tiba keluar sebuah lensa kontak. Saat itulah ibu si gadis ingat bahwa ia kehilangan lensa orthokeratology dua tahun sebelumnya.
Lensa orthokeratology digunakan khusus selama satu malam untuk membentuk kembali kornea supaya gangguan penglihatan yang terjadi tidak makin parah. Mengingat si ibu kehilangan lensa kontak itu dua tahun lalu, ini berarti lensa kontak tersebut sudah bersarang di mata si gadis selama dua tahun.
Dalam laporannya, dokter mengatakan sulit mendiagnosis lensa kontak yang hilang pada anak-anak karena mereka belum mampu merinci riwayat penggunaan lensa kontak. Selain itu, pemeriksaan pun lebih sulit dilakukan.
Hasil scan juga bisa keliru jika riwayat penggunaan lensa tidak disampaikan oleh pasien. Namun, dalam laporannya, tim dokter tidak menjelaskan lebih jauh bagaimana kondisi penglihatan si gadis usai lensa kontak yang bersarang di matanya selama dua tahun itu dikeluarkan.
Baca juga: Pakai Lensa Kontak Sembarangan, Hati-hati Bakteri di Mata Makin Menumpuk (rdn/vit)











































