Sebelumnya telah diketahui bahwa ibu hamil yang terinfeksi berisiko memiliki bayi dengan ukuran kepala kecil karena virus merusak sel otak saat dalam kandungan. Peneliti mengatakan ternyata hal ini lebih kompleks karena apabila sang ibu terinfeksi di masa akhir kehamilan, efek virus tetap ada.
Temuan yang dilaporkan dalam jurnal The Lancet melihat dari 1.501 kasus, satu per lima bayi yang diklasifikasikan sebagai normal sebenarnya memiliki mikrosefali. Alasan kenapa sebelumnya tak ketahuan karena pada masa 30 minggu kehamilan kepala bayi sudah berkembang sempurna sehingga saat lahir ukurannya seolah-olah normal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Profesor Cesar Victora selaku salah satu peneliti dari Universidade Federal de Pelotas, Brazil, mengatakan padahal ketika diteliti lebih jauh pada masa 30 minggu kehamilan Zika masih bisa masuk dan merusak otak yang tengah berkembang.
"Temuan kami menunjukkan bahwa di antara kehamilan yang terpengaruh oleh Zika beberapa fetus bisa punya abnormalitas otak dan mikrosefali, beberapa lainnya mungkin punya abnormalitas dengan ukuran kepala normal, dan lainnya tak terpengaruh sama sekali," kata Prof Victora seperti dikutip dari BBC, Sabtu (9/7/2016).
"Sistem pengawasan yang ada untuk bayi baru lahir harus direvisi jangan hanya fokus pada mikrosefali dan ruam saat hamil saja. Pemeriksaan untuk semua bayi yang lahir pada masa epidemi ini harus dipertimbangkan," pungkasnya.
Baca juga: Permintaan Aborsi Meningkat Dua Kali Lipat karena Zika (fds/up)











































