"Ditinggal oleh orang yang menjadi figur penting buat anak merupakan salah satu pengalaman yang tidak menyenangkan. Apalagi, bila di rumah tidak ada figur penting lain yang dapat mengisi kekosongan ini," kata psikolog Alzena Masykouri, MPsi saat dihubungi detikHealth beberapa waktu lalu.
Hal ini seperti dituturkan Rahman, seorang pebaca detikHealth. Anaknya yang berusia 20 bulan terpaksa dibawa ke rumah neneknya untuk dititipkan lantaran istrinya harus dinas ke luar kota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rahman menyebut dia dan istrinya meninggalkan anaknya di rumah neneknya saat si kecil sedang tidur siang. Selanjutnya Rahman sering mendapat kabar anaknya kerap menangis mencari ayah dan ibunya.
"Kalau siang sih bisa main dengan anak-anak lain. Tapi kalau malam, dia sering bangun dan menangis. Mungkin karena dia masih minum air susu ibu (ASI), jadi kalau terbangun mencari-cari ibunya," lanjutnya.
![]() |
Baca juga: Ketika si Kecil Terlalu Lengket dengan Ibunya, Wajarkah?
Setelah peristiwa itu, menurut Rahman, anaknya seperti merasa khawatir jika diajak ke rumah saudara dan tidak menemukan sosok ibunya. "Apa ya, seperti takut ditinggal lagi. Kalau ibunya nggak ada jadi sering rewel. Kalau ayah ibunya nggak ada, lebih rewel lagi," ucapnya.
Menurut psikolog Ade Dian Komala, MPsi, anak memang bisa mengalami ketakutan saat memasuki lingkungan baru atau lingkungan yang tidak biasa dia hadapi. Ini karena anak tidak tahu akan menghadapi apa. Nah, karena itu dia butuh figur yang selama ini membuatnya nyaman dan aman, yaitu ibunya.
Pengalaman yang tidak menyenangkan itu bisa membekas di ingatan anak. Bisa jadi itulah yang membuat anak seringkali rewel saat tidak mendapati sosok ibunya di rumah ataupun di suatu tempat.
Kata psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psi, utamanya jika anak merasa dibohongi, maka selanjutnya bisa menimbulkan perlekatan berlebihan pada ibunya. "Misalnya ditinggal pergi kerja tapi bilangnya cuma ke toilet. Sehingga pada lain kesempatan akan ditinggal lagi, anak tidak akan percaya," ujar dia.
![]() |
Terkait pengalaman tidak menyenangkan yang pernah dialami anak, orang dewasa disarankan untuk tidak mengingatkan pada anak secara berulang-ulang untuk mendapatkan hasil seketika. "Misalnya, anak tidak nyaman ketika disuntik, lalu orang dewasa mengingatkan kembali akan perasaan tidak nyaman itu dengan harapan anak mau menuruti suatu instruksi atau menampilkan perilaku tertentu," tutur Alzena.
Baca juga: Temperamen Anak Turut Pengaruhi Perilaku Terlalu Lengket pada Ibunya (vit/vit)













































