Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jaana Juvonen, ketua penulis studi sekaligus professor psikologi perkembangan di University of California, di Los Angels, faktor utama seseorang melakukan masalah sosial seperti bullying adalah berat badan.
"Masalah emosional seperti bullying dapat berkembang ketika remaja, saat memasuki sekolah menengah pertama (SMP). Karena di masa itu terjadi transisi emosional yang sangat rumit bagi para remaja," tutur Juvonen dikutip dari Health day.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Remaja Gemuk Jadi Korban Bullying, Bagaimana Menghadapinya?
Sementara itu, peneliti juga menganalisis tanggapan mengenai pengalaman anak mendiskriminasi berat badan dan bagaimana pengalamannya memengaruhi mereka dalam satu tahun ke depan.
"Hasilnya, sekitar 30 persen anak-anak memiliki pengalaman sedikitnya satu kali mendiskriminasi berat badan temannya. Anak yang melakukan bullying juga merasa kesepian disertai keluhan seperti sakit kepala, mudah lelah, sakit perut, mual, dan kehilangan nafsu makan," ucap Juvonen.
Dilansir Journal of Clinical Child & Adolescent Psychology, Juvonen menambahkan, dari hasil penelitian anak gemuk sering disalahkan karena penampilannya. Program-program anti-obesitas juga dinilai memiliki peran dalam labeling seorang anak gemuk di sekolah.
"Seharusnya program berbasis sekolah tidak hanya bertujuan untuk mengurangi angka obesitas dan mempromosikan hidup sehat saja. Namun, juga meningkatkan penerimaan berat badan dan bentuk tubuh," imbuh Juvonen.
Baca juga: Sering Di-bully karena Bertubuh Gemuk, Pria Ini Turunkan Bobot 75 Kg!
(rdn/vit)











































