Dulu di Dukun, Kini 60 Persen Warga Kabupaten Ini Melahirkan di Puskesmas

Dulu di Dukun, Kini 60 Persen Warga Kabupaten Ini Melahirkan di Puskesmas

Nurvita Indarini - detikHealth
Rabu, 28 Sep 2016 19:06 WIB
Dulu di Dukun, Kini 60 Persen Warga Kabupaten Ini Melahirkan di Puskesmas
Foto: Nurvita
Jakarta - Dukun beranak jadi andalan warga di masa lalu saat hendak melahirkan. Tapi demi keselamatan ibu dan anak, sudah banyak yang mau melibatkan tenaga kesehatan.

Seperti di Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara, saat ini angka melahirkan di puskesmas sudah mencapai 60 persen. Besaran yang patut diapresiasi karena sebelumnya, kebanyakan warga masih enggan melahirkan di puskesmas.

"Kita sekarang puskesmas ada 8. Bidan juga disebar ke 52 desa. Ada 1-3 bidan di satu desa," terang Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat, dr Tomas, saat temu media di kawasan Gandaria City Mall, Jl Sultan Iskandar Muda, Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan, Rabu (28/9/2016).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Upaya jemput bola pun dilakukan, jadi ketika ada ibu yang hendak melahirkan dijemput untuk dibawa ke puskesmas. Awalnya banyak yang menolak. Namun dengan pemberian pemahaman dan peningkatan fasilitas di puskesmas, perlahan-lahan warga dengan sukarela datang ke puskesmas tanpa dijemput.

"Tadinya nggak peduli dengan kesterilan, lebih nyaman di rumah kalau mau melahirkan, tapi kami juga terus memperbaiki," imbuh dr Tomas.

Angka kematian ibu di Kabupaten Pakpak Bharat tahun lalu ada 2. Sementara angka kematian bayi kurang dari 9 anak. Kasus gizi buruk masih ditemukan, di tahun lalu hanya 5 anak yang mengalami gizi buruk.

Baca juga: Posyandu Ini Keren Banget, Mandiri dan Siap Beri Layanan Konsultasi Via SMS

Program satu sepeda motor bagi satu bidan juga dijalankan. Ini diharapkan jadi solusi masalah sulitnya sarana transportasi di daerah. Hal itu dikarenakan kondisi geografis yang berupa perbukitan dan lembah sehingga jadi faktor penghambat akses pelayanan kesehatan.

"Ada pemantauan jumlah ibu hamil, juga mana ibu hamil yang berisiko tinggi dan yang berisiko rendah. Ada petanya. Juga kantong persalinan berisi data perkiraan lahir para ibu hamil," sambung dr Tomas.

Terkait tenaga dokter, diakui dr Tomas, untuk spesialis memang masih sangat sulit. Karena itu dibuat kontrak dengan dokter spesialis, dengan memberi insentif Rp 25-30 juta.

Baca juga: Ini Kata Menkes Soal Dukun Beranak yang Masih Jadi 'Andalan' di Beberapa Daerah (vit/up)

Berita Terkait