Tanpa pamrih, Miyanti aktif mengajak warga Desa Tasik Semenai, Kecamatan Koto Gasib, Kab Siak, untuk membawa balitanya ke posyandu. Dia pun sangat peduli dengan kesehatan ibu dan anak sehingga rela ke sana ke mari jika ada warga yang membutuhkan.
Nenek dari empat cucu ini awalnya menjadi kader posyandu di usia 30-an tahun. Tidak sembarangan, untuk menjadi kader posyandu, Miyanti harus menjalani pelatihan yang dilakukan di puskesmas yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Kala itu Kabupaten Siak masih berstatus kecamatan di bawah Kabupaten Bengkalis. Kecamatan Siak menjadi kabupaten tersendiri setelah era otomoni daerah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu kan memang susah ya mengajak ibu-ibunya untuk rajin membawa balitanya ke posyandu. Selain susah, juga kadang banyak yang tidak rutin untuk datang ke posyandu," kata Miyanti dalam perbincangan dengan detikHealth, Rabu (5/10/2016).
Penimbangan bayi dan balita secara teratur di posyandu, menurut Miyanti, sangat penting. Karena dari sini bisa dipantau tumbuh kembang anak. Dari kegiatan itu, bisa diketahui pula apakah seorang anak mengalami gizi buruk atau tidak.
Para kader posyandu (Foto: Chaidir/detikcom) |
Baca juga: Posyandu Ini Keren Banget, Mandiri dan Siap Beri Layanan Konsultasi Via SMS
Meski rekan-rekannya banyak yang mundur, namun Miyanti tidak tergoda untuk melakukan hal yang sama. Apalagi sang suami, Anton, terus memotivasi Miyanti agar tetap giat menjadi kader.
"Suami saya tidak pernah mempermasalahkan, malah terus mendukung," ucapnya.
Miyanti selaku kader posyandu juga menunjukan bahwa dirinya juga ikut program KB yang digalakkan pemerintah. "Jadi saya juga KB dan anak saya juga saya anjurkan untuk ber-KB. Dua anak cukuplah," sambungnya sambil tersenyum.
Di Posyandu Melati I, tempat Miyanti menjadi kader, ada 9 kader lainnya. Posyandu yang ada di bawah asuhan Darsih (37) sebagai istri kepala desa Hadi Suprapto (36) ini terintegrasi dengan PAUD dan posyandu untuk lanjut usia. Di posyandu juga digelar aneka kegiatan sehat seperti senam ibu hamil juga menanam tanaman obat-obatan.
Di antara tanaman obat keluarga (Foto: Chaidir/detikcom) |
Miyanti dan kader posyandu lainnya juga mendapat binaan dari Camat Koto Gasib, Mini Apriyanti S.Pd agar memberikan pelayanan prima pada warga. Pembinaan antara lain dilakukan melalui pelatihan membuat pecel dengan bahan tanaman obat untuk ibu menyusui dan puding berbahan dasar ikan untuk anak-anak.
Tempat Curhat
Sebagai kader posyandu, Miyanti kerap menjadi tempat curhat warga terkait kesehatan. Misalnya jika ada bayi demam, warga datang ke Miyanti dan mendiskusikan penyebab demam anak. Warga juga bertanya pertolongan pertama apa yang bisa diberikan sebelum anak dibawa ke dokter.
"Kadang kalau ada balita yang demam, saya datangi ke rumahnya untuk membawakan ramuan obat dari Toga tadi. Itu bila di rumah warga tak ada tanaman obat. Bila ada, saya cukup memberikan resep ramuannya," kata Miyanti.
Pengabdian Miyanti sebagai kader posyandu yang rentang waktunya lumayan panjang, pada tahun 2014 lalu, Bupati Siak Syamsuar memberikan piagam penghargaan buatnya sebagai kader yang tercatat sudah lebih 20 tahun mengabdi. Miyanti menyebutkan, sekalipun menerima penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Siak, bukan berarti itu puncak dari segalanya. Dia akan mengabdikan diri sampai akhir hayatnya.
Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Siak, dr Tonny Chandra mengatakan, sangat jarang sekali ada kader yang mengabdi sampai sampai di atas 20 tahun. Di posyandu itu, ada pula kader lain yang telah mengabdi selama 23 tahun yakni Katini. Untuk itu kepada Miyanti dan Katini, dr Tonny memberikan apresiasi.
"Kadang kita malah mikir, kader posyandu ini tak ada gaji, mereka mengabdi tanpa pamrih. Tapi kok kadang malah ada PNS yang sudah digaji negara masih malas-malasan bekerja. Inilah yang membuat saya sangat salut sama ibu Miyanti dan Katini serta kader posyandu lainnya," tutur dr Tonny.
Menurut Tonny, kader posyandu adalah ujung tombak utama dalam membawa masyarakat untuk hidup sehat. "Mereka itu adalah pejuang-pejuang kesehatan kita yang tanpa pamrih," imbuhnya.
Baca juga: Dulu di Dukun, Kini 60 Persen Warga Kabupaten Ini Melahirkan di Puskesmas
Operasional Posyandu
Untuk menunjang operasional posyandu, warga desa tidak harus bergantung pada dana APBD Siak. Sang kepala desa membuat aturan, 12 persen dari hasil penjualan buah sawit warganya akan disumbangkan untuk kebutuhan posyandu.
Bahkan warga memiliki mobil ambulans desa yang stand by 24 jam untuk berjaga-jaga bila ada warga yang butuh pertolongan untuk dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Urusan membawa mobil ambulans desa, para kaum Adam sudah diberikan tugas secara bergiliran. Sekalipun mobil ambulans yang dimaksud tentunya tidak seperti ambulans pada umumnya. Yang terpenting, mobil warga desa setempat berfungsi seperti ambulans yang siap kapanpun untuk merujuk warga.
Tahun ini, Pemkab Siak memberikan dana bantuan untuk kader posyandu sebesar Rp 50 ribu untuk sekali kegiatan. Uang itu diberikan untuk pengganti dana transport. Tapi bagi Miyanti dan kader lainnya, tanpa bantuan itupun mereka tetap bersemangat untuk tetap mengabdi tanpa pamrih.
"Baru sekarang ini kita dapat dana transport, walau kecil, tapi alhamdulilah ada perhatian dari Pak Bupati," ucap Miyanti.
![]() |
Halaman 2 dari 2












































Para kader posyandu (Foto: Chaidir/detikcom)
Di antara tanaman obat keluarga (Foto: Chaidir/detikcom)