Seperti Yana, pembaca detikHealth bernama Rima (36) juga mengaku telah menjalani hidup sehat. Kebiasaan makan buah dan sayur telah dilakukannya sejak lama. Bahkan dia lebih suka mengolah makanan dengan cara dikukus ataupun direbus.
Rutin olahraga juga telah dilakoni Rima. Dia dan suaminya pun selalu menjauhi asap rokok. Di keluarganya juga tidak ada riwayat kanker payudara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: detikcom |
Berbagai penelitian juga menyebut menyusui bisa menghindarkan perempuan dari kanker payudara. Ini karena di dalam ASI ada zat HAMLET (Human Alpha-lactalbumin Made Lethal to Tumour cells) yang bisa mencegah ibu dari penyakit kanker, termasuk kanker payudara dan kanker serviks.
Bahkan HAMLET diketahui dapat membunuh 40 jenis sel kanker dengan keuntungan tidak akan merusak sel-sel yang sehat.
Baca juga: Memahami Kanker Payudara Stadium 4 Seperti Dialami Pesinetron Yana Zein
Namun ada juga ibu menyusui yang tetap terkena kanker payudara. Dijelaskan dr Walta Gautama, SpB (K)Onk menyusui selama 12 bulan ditengarai bisa menurunkan risiko kanker payudara sebanyak 4,3 persen. Tambahan penurunan risiko sebanyak 7 persen diperoleh ibu jika menyusui setiap anak berikutnya.
Artinya menyusui menurunkan risiko kanker payudara, namun bukan sama sekali menghilangkan risikonya.
Foto: Firdaus Anwar/detikHealth |
dr Elisna Syahruddin, PhD, SpP(K) dari RSUP Persahabatan, beberapa waktu lalu menuturkan kanker merupakan penyakit gen dan masalahnya bersifat masing-masing di dalam diri sendiri. Tubuh memiliki mekanisme tersendiri dalam menjaga siklus sel, termasuk di antaranya menjaga kualitas sel.
Apabila terjadi kelainan dalam bentuk maupun cara kerja sel, tubuh akan 'membuangnya'. Namun ada kalanya terjadi hal yang kemudian membuat sel gagal tersebut tak terbuang. Nah, sel-sel bermasalah itu nantinya jadi kanker.
Sementara dr Dradjat Ryanto Suardi, SpB(K) Onk juga pernah menyampaikan bahwa pertumbuhan sel kanker adalah suatu proses yang sangat kompleks. Perlu adanya mekanisme 'seed and soil', perlu adanya dukungan dari lingkungannya dan perlu waktu yang cukup lama. Tanpa itu maka sel kanker tak akan tumbuh.
Tri Oetami (52) juga mengaku menerapkan gaya hidup sehat karena mengonsumsi makanan sehat dan juga rutin olahraga. Tapi dirinya didiagnosis kanker payudara pada Maret 2014. Namun Tami, demikian dia biasa disapa, masih bersyukur. Gaya hidup sehatnya membuat dia memiliki kesehatan yang cukup baik sehingga bisa cukup kuat menjalani pengobatan kanker yang panjang.
"Jika mengalami kanker di usia yang sudah tua dan hidup jorok mungkin stadium kanker yang saya miliki akan lebih tinggi," kata Tami.
Artinya siapa saja bisa terkena kanker payudara. Namun bukan berarti lantas membuat kita bersikap masa bodo dengan tidak menjaga pola makan dan gaya hidup sehat. Sebab menjaga kesehatan semaksimal mungkin adalah ikhtiar yang bisa manusia lakukan sebagai upaya menyayangi tubuhnya.
Untuk itu, yuk rutin melakukan gerakan periksa payudara sendiri (SADARI), dan jika diperlukan menjalani USG payudara dan mammografi sebagai upaya deteksi dini kanker payudara. Sebab dr Karen Kennedy dari National Cancer Research Institute mengatakan untuk penyakit seperti kanker yang paling penting adalah waktu. Semakin cepat diketahui dan diobati maka akan semakin besar pula kemungkinan seorang pasien pulih.
Baca juga: Belajar dari Pengalaman Yana Zein yang Berjuang Lawan Kanker Payudara
Kisah Yana bisa disimak dalam video berikut ini:












































Foto: detikcom
Foto: Firdaus Anwar/detikHealth