Selalu Ingin Tambah Saat Makan Fast Food, Ini Penyebabnya

Selalu Ingin Tambah Saat Makan Fast Food, Ini Penyebabnya

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Rabu, 18 Jan 2017 16:35 WIB
Selalu Ingin Tambah Saat Makan Fast Food, Ini Penyebabnya
Foto: iStock
Jakarta - Sudah bukan rahasia lagi jika 'Western Diet' atau pola makan ala Barat tidak sehat untuk dikonsumsi. Namun anehnya sebagian orang beranggapan makanan ini enak jika dikonsumsi berulang kali.

Studi sebelumnya mengatakan, kebiasaan makan berlebihan dipicu oleh otak. Tetapi penelitian kali ini tidak sependapat.

Tim peneliti dari University of California Riverside mengungkapkan, kecenderungan untuk makan berlebih (overeating) saat mengonsumsi pola makan ini dipengaruhi oleh sistem khusus yang ada di tubuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namanya 'peripheral endocannabinoid signalling'. Ini adalah sistem yang terdiri atas sekelompok molekul yang disebut endocannabinoids berikut reseptor-reseptornya. Reseptor dalam sistem ini berfungsi mengendalikan berbagai proses fisiologis seperti asupan makanan, keseimbangan energi, dan pemberian 'reward'.

Nah, menurut peneliti, keinginan untuk mengonsumsi makanan cepat saji yang tinggi gula dan lemak itu dapat memacu kinerja endocannabinoid, karena makanan seperti ini membuat seseorang merasa mendapatkan 'reward' atau hadiah.

Persoalannya kemudian, ketika endocannabinoid beraksi, maka Anda akan tergerak untuk mengonsumsi makanan tersebut secara berlebihan.

Baca juga: Makan Sekali Sehari Demi Tubuh Langsing, Ini Efeknya Bagi Tubuh

Peneliti mengujicoba teori mereka dengan mengamati dua kelompok tikus: yang satu diberi makan 'Western Diet', satunya lagi makanan rendah lemak dan gula. Dalam 60 hari, tikus yang diberi makan makanan Barat mengalami kenaikan berat badan dengan cepat dan menjadi kegemukan.

Mereka juga memperlihatkan gejala 'hyperphagia', yang berarti mereka mengonsumsi lebih banyak kalori dan dengan porsi yang lebih besar. Seiring dengan kondisi tersebut, peneliti menemukan banyaknya endocannabinoid dalam usus kecil dan peredaran darah mereka. Demikian seperti dilaporkan Daily Mail.

Peneliti kemudian memberikan obat khusus yang disebut AM6465 kepada tikus-tikus yang menggemuk tersebut. "Obat ini tak hanya menghambat kinerja reseptor dari endocannabinoid, tetapi juga membatasi asupan makanannya," ungkap salah satu peneliti, Dr Nicholas DiPatrizio.

Meski demikian, DiPatrizio tidak bermaksud mengatakan bahwa obesitas hanya bisa diatasi dengan obat-obatan. Untuk itu timnya berupaya melakukan riset lain untuk mengungkap kandungan di dalam 'Western Diet' yang diduga memacu kebiasaan makan berlebih.

"Entah itu lemak atau gulanya, maka kelak kita bisa melakukan intervensi dengan mengurangi asupannya atau mengeluarkan bahan makanan ini dari pola makan sehari-hari kita," pungkasnya.

Baca juga: Keseringan Pilih Menu Junk Food untuk Makan Siang, Ini Efek Buruknya (lll/up)

Berita Terkait