"Pertama menghindari kata atau kalimat yang menggurui. Misalnya pakai kata 'harus'. Kamu harus makan sayur. Nah, itu sebaiknya dihindari," saran Kanya Cittasara, salah satu personel grup duo 'musical storytelling' Sarang Cerita.
Hal itu disampaikan dia di sela-sela kegiatan mendongeng yang digelar detikHealth di TKIT Permata Jati, Jl Jatipadang Poncol, Jakarta Selatan, Selasa (7/3/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keseruan mendongeng di TKIT Permata Hati Foto: Suherni |
Baca juga: Mendongeng Sebelum Tidur pada Anak Banyak Manfaatnya Lho, Tak Percaya?
Dalam mendongeng juga sebaiknya tidak perlu menyimpulkan isi dongeng. Berikan keleluasaan bagi anak-anak untuk berimajinasi dan menyimpulkan. Itu makanya perlu menggunakan kata-kata yang baik dan membangun. Terlebih dalam dongeng juga sangat bisa menyelipkan pesan-pesan positif bagi anak.
Selanjutnya jangan 'menyamaratakan' si pendengar dongeng. Misalnya ketika mendongeng untuk anak TK, maka cerita yang disampaikan umumnya yang bersifat imajinatif namun tetap bermakna positif. Kemudian ketika mendongeng untuk anak SD, lebih ke masalah sehari-hari yang lebih kompleks.
Keseruan kegiatan mendongeng di TKIT Permata Hati Foto: Suherni |
Dalam kesempatan mendongeng di hadapan anak-anak TKIT Permata Hati, Sarang Cerita menyampaikan dongeng 'Kejujuran Tuan Tikus Air' dan 'Kuku si Kucing Berani Tidur Sendiri'. Apakah ada TK lain di Jakarta yang ingin mendengar dongeng kami? Sampaikan data sekolahnya melalui email: redaksi@detikhealth.com
Baca juga: Wajar Nggak Sih Saat si Kecil Sering Ajak Bicara Benda Mati?
(vit/up)












































Keseruan mendongeng di TKIT Permata Hati Foto: Suherni
Keseruan kegiatan mendongeng di TKIT Permata Hati Foto: Suherni