Darah Komodo Diteliti untuk Jadi Obat Antibiotik Baru

Darah Komodo Diteliti untuk Jadi Obat Antibiotik Baru

Firdaus Anwar - detikHealth
Rabu, 08 Mar 2017 08:11 WIB
Darah Komodo Diteliti untuk Jadi Obat Antibiotik Baru
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Kadal raksasa asli Indonesia, komodo (Varanus komodoensis), jadi perhatian peneliti dunia karena darahnya disebut bisa melawan bakteri kebal obat. Resistensi antibiotik saat ini memang jadi masalah serius dengan semakin banyaknya kemunculan bakteri yang sulit diobati.

Dipublikasi dalam jurnal Proteome Research, para peneliti dari George Mason University mengatakan di dalam darah komodo ada senyawa bernama cationic antimicrobial peptide (CAMP). Tes laboratorium menunjukkan CAMPS komodo terbukti dapat menghancurkan dua jenis bakteri kebal obat yaitu Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus.

Baca juga: Peringkat Baru Bakteri Kebal Obat Paling Berbahaya di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diketahui bahwa di dalam liur komodo terdapat bakteri-bakteri berhaya sehingga di alam liar biasanya gigitan komodo akan berujung pada infeksi parah. Namun sang komodo sendiri dapat hidup dengan bakteri tersebut sehingga peneliti ingin tahu rahasia dibaliknya.


"Komodo adalah spesies kadal hidup terbesar dan predator teratas di lingkungannya. Mereka mampu bertahan dari sejumlah bakteri patogen yang hidup di dalam liurnya dan dapat sembuh ketika mendapat luka setelah berkelahi dengan komodo lain, mencerminkan kekuatan sistem imun mereka," tulis peneliti seperti dikutip dari Proteomo Research, Rabu (8/3/2017).

Komodo bukan satu-satunyanya mahluk hidup dengan CAMP, manusia juga memilikinya dan memiliki fungsi yang sama yaitu melawan bakteri penyusup. Hanya saja yang membedakan CAMP pada komodo lebih banyak jenisnya dan lebih efektif.

"Serum darah komodo telah didemonstrasikan di dalam laboratorium memiliki sifat antibakteri... Peran CAMP dalam sistem kekebalan komodo memiliki potensi sangat informatif dan mungkin bisa berkontribusi dalam perkembangan antimikroba baru," pungkas peneliti.

Baca juga: Meski Dosis Rendah, Minum Antibiotik Tak Tepat Picu Resistensi

(fds/vit)

Berita Terkait