Beberapa waktu lalu Direktur Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan, dr Eni Gustina, MPH pernah menuturkan bahwa sepanjang tahun 2014 data menunjukkan angka kematian ibu di Indonesia mencapai 5.048 kasus. Lanjut pada tahun 2015 berkurang menjadi 897 kasus dan data terakhir di tahun 2016 ada 4.834 kasus.
"Ini masih jadi masalah besar karena kita tidak bisa mencapai Millenium Development Goals (MDGs), yakni dengan angka 102 per 100 ribu kelahiran. Kita saat ini masih sekitar 305 per 100 ribu kelahiran," tutur Menkes Nila saat membuka kegiatan 'Seruan Aksi Melanjutkan Upaya Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir' yang diadakan di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (14/3/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, angka target dari Sustainable Development Goals (SDGs) untuk angka kematian ibu sendiri adalah 70 per 100 ribu kelahiran. Menkes Nila pun menilai target ini membutuhkan kerja keras dari berbagai pihak.
"Sudah banyak program dilakukan tapi angka kematian ibu masih tinggi. Ini tidak main-main, harus diperhitungkan dengan benar," imbuh Menkes Nila.
Salah satu program yang sudah berjalan dan sudah mulai memperlihatkan hasil saat ini adalah program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS). Dalam program ini, Kemenkes RI menggandeng United States Agency for International Development (USAID).
Dari tahun 2012 hingga saat ini, EMAS bekerja dengan berbagai fasilitas kesehatan ibu dan anak di bawah kementerian di kabupaten prioritas enam provinsi sasaran yakni Sumatera Utara, banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Melalui program EMAS dan program-program terkait lainnya, Menkes Nila berharap ke depannya angka kematian ibu dan anak Indonesia bisa terus menurun hingga mendapat hasil yang diinginkan.
Baca juga: Berbagai Risiko Komplikasi pada Kehamilan Kembar (ajg/up)











































