Selain itu, banyak klaim lain yang beredar sehingga membuat cuka apel menjadi sangat populer dan laku di pasaran. Benarkah klaim tersebut? Apa tanggapan ahli gizi?
"Kalau cuka itu memang membuat transit time di lambung jadi lebih lama, makanya bisa menurunkan kadar indeks glikemik," imbuh ahli diet dan nutrisi, Leona Victoria Djajadi MND, saat dihubungi detikHealth beberapa waktu lalu.
Cuka Apel dan Rebusan Kulit Manggis Ampuh Stabilkan Gula Darah? Ini Faktanya
Hal serupa dikatakan juga oleh ahli gizi Mochamad Aldis, SKM, menurutnya cuka apel bisa menjadi alternatif saus salad pada sayur atau buah yang rendah kalori dibandingkan dengan mayonaise atau thousand island.
"Konsepnya sebagai alternatif healthier choice tapi bukan obat," tutur Aldis, panggilan akrabnya.
Selain itu, dikutip dari Dailymail, sebuah uji klinis yang berlangsung di Minnesota, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi cuka apel 2 sendok setiap hari selama delapan minggu, dapat meningkatkan level kolesterol baik atau HDL (high density lipoprotein).
Studi lain terpisah yang dilakukan pada hewan percobaan dengan diabetes juga menunjukkan bahwa cuka apel terbukti menurunkan kadar kolesterol jahat dan meningkatkan kolesterol baik.
Meski demikian, menurut Victoria, tidak semua orang bisa meminum langsung cuka apel tersebut, sebab kadar keasaman yang cukup tinggi lama kelamaan bisa menggerus enamel gigi. Kemudian rasa asam yang ada pada cuka apel bisa membuat iritasi lambung. Maka itu sebaiknya dicampur dengan segelas air.
Baca juga: Pilih dan Olah Buah Serta Sayur yang Seperti Ini Kalau Mau Diet Sukses
(hrn/vit)