Dikutip dari CBS News, gadis bernama Kathleen Quinn tersebut merasakan nyeri di kedua terlapak tangannya saat bermain slime di meja dapur. Saat melapor ke orang tuanya, Kathleen mendapati tangannya mulai melepuh dan berwarna merah.
Dokter memastikan, luka bakar yang dialami Kathleen disebabkan oleh paparan boraks yang berkepanjangan. Meski meyakini luka tersebut akan segera sembuh, dokter mengingatkan bahwa boraks bisa berbahaya jika tidak diencerkan dengan benar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara dikutip dari Livescience, ahli luka bakar dari Staten Island University Hospital di New York, Dr Michael Cooper menyebut sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan luka bakar. Pertama lamanya kontak dengan bahan kimia atau sumber panas, lalu yang kedua adalah kekuatan dari sumber panas.
"Terakhir, ketebalan kulit juga berperan, dan anak-anak punya kulit yang lebih tipis," jelas Cooper.
Slime buatan sendiri biasanya menggunakan campuran lem cair dan boraks gliserin, yang dalam keseharian dikenal sebagai GOM obat sariawan. Ketika dicampurkan, terlebih dahulu bahan tersebut diencerkan dengan air sehingga tidak terlalu pekat.
Menurut Cooper, boraks jarang menjadi pemicu luka bakar separah Kathleen mengingat bahan tersebut hanya dikategorikan sebagai iritan ringan. Namun untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan, maka tidak ada salahnya membatasi kontak dengan bahan tersebut agar tidak berlebihan dan jangan lupa untuk selalu mencuci tangan sesudah memainkan slime.
Baca juga: Ingat Tusuk Gigi Pendeteksi Boraks? Penciptanya Kini Bikin Pendeteksi Merkuri (up/vit)











































