Beragam Penyakit Kuno yang Kembali Mewabah Selain Difteri

Beragam Penyakit Kuno yang Kembali Mewabah Selain Difteri

Firdaus Anwar - detikHealth
Minggu, 10 Des 2017 15:18 WIB
Beragam Penyakit Kuno yang Kembali Mewabah Selain Difteri
Ada beberapa penyakit yang kembali mewabah seperti difteri. Foto: Infografis
Jakarta - Sebelum ilmu dunia medis berkembang, jutaan orang di seluruh dunia meninggal karena penyakit menular yang disebabkan berbagai macam patogen. Beruntung para ilmuwan lalu menemukan cara bagaimana manusia bisa melatih kekebalan tubuhnya yaitu dengan vaksin.

Berkat vaksin perlahan tapi pasti wabah penyakit yang dulu ditakuti hilang tidak terdengar lagi. Menurut United Nations Children's Fund (UNICEF) menyebut setidaknya vaksin telah sukses mengontrol tujuh penyakit menular yang ada di dunia yaitu difteri, cacar, tetanus, demam kuning, polio, campak, dan pertusis (batuk rejan).

Namun semakin 'hilang' kabar penyakit tersebut tampaknya juga menurunkan keawasan masyarakat. Cakupan vaksin di dunia mulai berkurang dan gerakan penolakan terhadap vaksin (antivaksin) disebut-sebut sebagai penyebabnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dampaknya beberapa di antara penyakit kuno itu kembali muncul ke permukaan. Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri di Indonesia menjadi salah satunya.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa contoh kasus wabah penyakit di tempat lain:

1. Campak

Foto: ilustrasi/thinkstock
Pada tahun 2014 Amerika Serikat (AS) mencatat wabah campak terburuk sejak tahun 2000 yang memengaruhi sekitar 667 orang. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) kebanyakan kasus terjadi di komunitas Amish yang tidak mendapat vaksinasi.

Selain di AS campak juga mewabah di beberapa negara termasuk Filipina. Di tahun yang sama Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut ada sekitar 21 ribu kasus yang terkonfirmasi dan 110 di antaranya meninggal dunia.

Baca juga: Anak Oki Setiana Dewi Kena Campak, Dokter Ingatkan Pentingnya Vaksinasi


2. Cacar

Foto: iStock
Pada tahun 2015 satu sekolah di Melbourne, Australia, dilaporkan terkena wabah cacar air yang cukup parah. Sebanyak 80 dari 320 siswa terinfeksi penyakit ini yang menurut departemen kesehatan setempat karena tingkat vaksinasinya yang rendah hanya 73,2 persen.

Brunswick North West Primary School diketahui memiliki kebijakan menerima anak-anak yang orang tuanya menolak vaksin. Australia diketahui memiliki peraturan ketat di mana orang tua yang menolak vaksin maka anaknya tidak bisa diterima di fasilitas pendidikan formal hingga tingkat tertentu.

Nah Brunswick North West Primary School membuat pengecualian yang mereka sebut sebagai bentuk toleransi.

3. Pertusis

Foto: thinkstock
Wabah pertusis atau batuk rejan belakangan ini diumumkan terjadi di daerah Alberta, Kanada. Menurut Alberta Health Services dalam 12 minggu terakhir dikonfirmasi ada 17 kasus batuk rejan.

"Wabah ini terjadi di area yang sama di mana sering terjadi penolakan terhadap vaksin," kata dr Vivien Suttorp salah satu petugas medis setempat.

"Imunisasi di daerah ini sangat lambat sehingga anak-anak jadi tidak mendapat manfaat perlindungan herd immunity," lanjutnya.

Baca juga: Penyesalan Ibu yang Tolak Vaksinasi Batuk Rejan Saat Hamil 28 Minggu


4. Gondongan

Foto: Thinkstock
Pada tahun 2016 CDC mencatat bahwa di Amerika Serikat terjadi peningkatan kasus gondongan sekitar empat kali lipat dari tahun sebelumnya. Setidaknya ada sekitar 4.258 kasus gondongan di mana sebelumnya hanya sekitar 1.000-an.

Profesor Rekayasa Biomedis Steven Salzberg dari Johns Hopkins University menyebut kenaikkan kasus gondongan di Amerika Serikat terjadi sejak sekitar tahun 2006 di mana gerakan antivaksin mulai merebak.
Halaman 2 dari 5
Pada tahun 2014 Amerika Serikat (AS) mencatat wabah campak terburuk sejak tahun 2000 yang memengaruhi sekitar 667 orang. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) kebanyakan kasus terjadi di komunitas Amish yang tidak mendapat vaksinasi.

Selain di AS campak juga mewabah di beberapa negara termasuk Filipina. Di tahun yang sama Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut ada sekitar 21 ribu kasus yang terkonfirmasi dan 110 di antaranya meninggal dunia.

Baca juga: Anak Oki Setiana Dewi Kena Campak, Dokter Ingatkan Pentingnya Vaksinasi


Pada tahun 2015 satu sekolah di Melbourne, Australia, dilaporkan terkena wabah cacar air yang cukup parah. Sebanyak 80 dari 320 siswa terinfeksi penyakit ini yang menurut departemen kesehatan setempat karena tingkat vaksinasinya yang rendah hanya 73,2 persen.

Brunswick North West Primary School diketahui memiliki kebijakan menerima anak-anak yang orang tuanya menolak vaksin. Australia diketahui memiliki peraturan ketat di mana orang tua yang menolak vaksin maka anaknya tidak bisa diterima di fasilitas pendidikan formal hingga tingkat tertentu.

Nah Brunswick North West Primary School membuat pengecualian yang mereka sebut sebagai bentuk toleransi.

Wabah pertusis atau batuk rejan belakangan ini diumumkan terjadi di daerah Alberta, Kanada. Menurut Alberta Health Services dalam 12 minggu terakhir dikonfirmasi ada 17 kasus batuk rejan.

"Wabah ini terjadi di area yang sama di mana sering terjadi penolakan terhadap vaksin," kata dr Vivien Suttorp salah satu petugas medis setempat.

"Imunisasi di daerah ini sangat lambat sehingga anak-anak jadi tidak mendapat manfaat perlindungan herd immunity," lanjutnya.

Baca juga: Penyesalan Ibu yang Tolak Vaksinasi Batuk Rejan Saat Hamil 28 Minggu


Pada tahun 2016 CDC mencatat bahwa di Amerika Serikat terjadi peningkatan kasus gondongan sekitar empat kali lipat dari tahun sebelumnya. Setidaknya ada sekitar 4.258 kasus gondongan di mana sebelumnya hanya sekitar 1.000-an.

Profesor Rekayasa Biomedis Steven Salzberg dari Johns Hopkins University menyebut kenaikkan kasus gondongan di Amerika Serikat terjadi sejak sekitar tahun 2006 di mana gerakan antivaksin mulai merebak.

(fds/wdw)

Difteri Mewabah Lagi
44 Konten
Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Minimnya cakupan imunisasi dituding sebagai pemicunya.
Berita Terkait