"Secara ilmiah metode itu tidak ada masalah. Yang jadi persoalan teknologi yang digunakan dokter Terawan yang oleh masyarakat profesi kedokteran dinilai tidak standar dalam pengobatan stroke," katanya saat ditemui, Jumat (6/4/2018).
Lebih lanjut, ia menyebutkan, metode yang dilakukan Terawan mengobati pasien stroke, yakni Digital Subtraction Angiography (DSA) memang telah diuji oleh dirinya saat dr Terawan mengambil doktoral di Unhas. Metode itu memang sudah jadi kontroversi di kalangan profesi dokter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tindakan medis ini menggunakan teknik sederhana. Salah satu penyebab stroke karena terjadinya sumbatan darah di otak, sehingga darah tak mengalir dengan lancar. Sumbatan inilah yang dibersihkan, sehingga pembuluh darah kembali bersih dan bekerja dengan normal.
"Ini kan baru tahap awal, untuk mekanisme ini belum sampai kesana. Di dunia kedokteran selalu ada kontroversi dan harus diselesaikan dengan riset yang panjang. Masalahnya sudah terlanjur digunakan. saya sebagai promotor akan mencari perbaikannya," paparnya.
Tahun 2012, Terawan mengambil pendidikan doktoral dan menyelesaikan disertasinya S3 Unhas pada Agustus 2016. Metodenya menjadi polemik di Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI Pusat. Ia telah dipecat MKEK atas 'pelanggaran etik serius'.











































