Dihubungi detikHealth, spesialis jantung dari RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, dr Isman Firdaus mengatakan bahwa takotsubo cardiomyopathy atau kardiomiopati takotsubo mulai dikenal tahun 1990 di Jepang. Dilaporkan 5 persen pasien perempuan yang diduga serangan jantung ternyata menderita kardiomiopati takotsubo.
Gejalanya sama persis dengan serangan jantung yaitu sakit dada hebat seperti berat, ditekan, terasa panas atau terhimpit. Hal ini berhubungan dengan stres dan juga kelelahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada takotsubo tidak ditemukan penyempitan pembuluh darah koroner, namun terdapat dilatasi dan gangguan koordinasi otot bilik kiri jantung," sambung dr Isman.
Sementara, brugada syndrome merupakan kelainan aktivitas listrik jantung yang bersifat genetik akibat abnormalitas kanal natrium di membran sel otot jantung. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya henti jantung mendadak, 5 persen penderita brugada akan mengalami henti jantung mendadak.
"Kasus ini dilaporkan 1 dari 10.000 orang menderita brugada sindrome dan 1/4 nya diturunkan secara genetik," pungkas dr Isman.
dr Isman menambahkan, sindroma brugada dapat dikenali melalui rekam listrik jantung EKG (elektrokardiografi) dengan kriteria mirip EKG serangan jantung. Namun, saat ini dilaporkan belum ada obat yang terbukti manjur untuk mengobati sindroma brugada.
"Henti jantung dan pingsan atau gangguan irama yang nyata pada sindroma brugada harus segera diantisipasi dengan pemasangan implant generator kejut listrik jantung (implantable cardioverter defibrilator), alat ini akan bekerja memberikan energi kejut listrik ke otot jantung jika sewaktu- terjadi badai irama atau henti jantung mendadak," pungkasnya.
dr Isman menegaskan, kejadian gangguan listrik atau henti jantung pada brugada tidak dipengaruhi oleh aktivitas apapun dan dapat terjadi saat tidur atau istirahat, namun gangguan elekrolit dan suhu tinggi dapat menjadi faktor pencetus.
(hrn/up)











































