Menurut dr Nurul Paramitha, MBiomed, SpKFR dari Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), cedera kram otot memang lumrah dialami oleh para atlet karena gerakan dalam olahraga yang unpredictable atau tak bisa ditebak.
Namun terkait dengan bahaya atau dampak yang bisa dialami, dr Mitha, sapaannya, menyebut semua tergantung di kondisi cederanya. Tiap kondisi memiliki penanganan berbeda-beda dan dampak yang berbeda pula.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjut, jika cedera Anthony tergolong ringan dan dapat pulih, seberapa lama waktu yang ia butuhkan sangat bergantung pada kondisi cederanya dan bagaimana program rehabilitasi pasca pemulihan cederanya.
Dikutip dari detikSport, Sekjen PB PBSI Achmad Budiarto menyebut bahwa saat itu kondisi Anthony cukup parah karena kram yang ia alami sudah termasuk kronis dan ditambah dehidrasi. Di mana tarikan ototnya sangat kuat dari ujung jari sampai paha hingga lokasi yang paling keras yakni di bagian betis.
"Anthony tetap memaksakan, padahal sudah merasakan di pertengahan. Dia sudah mati-matian, namun akhirnya tidak bisa melanjutkan," ungkap Budiharto.
Dilaporkan kondisi terakhir Anthony kini semakin membaik. Budiharto berharap ia akan segera pulih, karena ia bakal kembali tampil di nomor perorangan pada Jumat (24/8/2018).











































