Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah mengapa kejadian seperti ini harus terus-menerus terulang? Apakah yang terjadi sebenarnya pada pikiran oknum yang melakukan aksi keji tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada saat kondisi massal, seringkali otak kita yang berperan itu adalah otak yang sifatnya reaktif atau otak primitif," ungkap dr Andri saat dihubungi detikHealth, Senin (24/9/2018).
"Di bagian otak kita terdapat otak yang lebih besar bernama Neo-Cortex atau yang modern, di mana orang itu creative thinking dan berpikir logic. Sedangkan otak primitif itu masih belum berkembang, biasanya anak-anak muda usia 12 sampai 18 tahun," tambahnya.
#RIPHaringga, Ucapan Duka Cita Netizen untuk Haringga, tonton videonya di sini:
Otak primitif juga kadang mampu berpikir secara logis, tapi jika sudah terbawa dengan emosi maka pemikirannya akan lebih besar di emosi daripada logikanya itu sendiri.
"Makanya tidak aneh jika anak muda masih suka menang sendiri dan mengedepankan emosional ketika berbicara. Begitu juga kalau orang yang sudah dewasa seperti kita yang sudah berumur 20 tahun ke atas, kalau masih emosional berarti masih mengandalkan otak primitifnya belum mengandalkan otak Neo-Cortexnya," kata dr Andri.
Saksikan juga video 'Haringga, Jakmania yang Tewas oleh Bobotoh Dimakamkan di Cirebon':
(up/up)











































